Selasa, 21 Oktober 2014

Struktur Struktur Metodologi Keilmuan Akhlak

Struktur-Struktur Metodologi Keilmuan Ahlak

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Aqidah Akhlak


Dosen Pembimbing   :

Laila Badriyah, M.pd I

 













Disusun Oleh       :


1.     Dianita Maulidiyani                (201305260048)
2.     Elfiyah                                     (201305260039)
3.     Fitri Ika Andriyani                             (201305260049)
4.     Idatus Salamiyah                     (201305260037)
5.     Niswatul Azizah                      (201305260022)
6.     Ainis Syafiatun Najah             (201305260017)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
TAHUN 2014



KATA PENGANTAR


Dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Alhamdulillah berkat rahmat, taufiq, hidayah, serta inayahnya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Struktur-Struktur Metodologi Keilmuan Akhlak”.  Sholawat serta salam semoga tetap tercurah abadikan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, karena dengan perjuangan beliau kita bisa merasakan indahnya dunia.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam makalah ini, kami pribadi meminta maaf , karena kami masih dalam tahap belajar, tak lupa kami mengucapkan terimahkasih kepada semua pembacan islam serta agama paling di ridhoi oleh Allah SWT.
Selanjutnya, kritik serta saran dari pembaca sangat kami harapkan.





Sidoarjo, 12 Oktober 2014




Penulis












DAFTAR ISI





COVER....................................................................................................................            i
KATA PENGANTAR............................................................................................           ii
DAFTAR ISI............................................................................................................          iii
BAB I             PENDAHULUAN...........................................................................           1
                        ........................................................................................................... 1.1 Latar Belakang                  1
                        1.2 Rumusam Masalah.......................................................................           2
                        1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................           2

BAB II            PEMBAHASAN..............................................................................           3

                        2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak..........           3
                        2.2 Sumber Dalil-Dalil Pembentukan Akhlak....................................           9
                       
BAB III          PENUTUP........................................................................................         13

                        3.1 Simpulan......................................................................................         13
                       

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................         14





 BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Akhlak adalah konsep abadi dari Khalik Maha Pencipta dan muthlak mestinya dilakukan makhluk manusia yang telah diciptakan. Premis ini, memberikan suatau kenyataan bahwa makhluk manusia mesti terikat erat dengan Khalik sang Pencipta ( Masykuri, 2010:42 ).
Akhlak adalah salah satu jembatan yang mendekatkankan makhluk dengan Khaliknya. Karena itu beragama bukanlah sebuah beban. Membebaskan diri dari ketentuan Maha Pencipta, atau membebaskan manusia dari nilai-nilai agama (seperti paham free of values) samalah artinya menjadikan makhluk manusia yang tidak punya makna ( Masyrukhin, 2010:42 ).
Semestinya agama harus dilihat sebagai satu kebutuhan utama. Betapapun kebutuhan materi telah dapat dipenuhi, hidup senantiasa hambar dan gersang apabila kebutuhan ruhani tidak terpenuhi. Dari sisi ini kita melihat, bahwa manusia tanpa agama sama saja dengan makhluk yang bukan manusia. Perikehidupan tanpa bimbingan agama, artinya sama dengan peri kehidupan tidak berperikemanusiaan.
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan al-Quran dan as-Sunnah.
Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1)      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ?
2)      Apa sumber dalil-dalil pembentukan akhlak ?

1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adapun tujuan penulisan makalah  ini adalah sebagai berikut :
1)    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak.
2)    Untuk mengetahui sumber dalil-dalil pembentukan akhlak.














BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Kehidupan muslim yang baik dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan telah dicantumkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlak yang baik dilandasi oleh ilmu, iman, amal, dan takwa. Ia merupakan kunci bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan dalam kehidupan yang diatur oleh agama.
Dengan ilmu, iman, amal dan takwa seseorang dapat berbuat kebaikan seperti sholat, puasa, berbuat baik sesama manusia. Sebaliknya tanpa ilmu iman dan takwa seseorang dapat berperilaku yang tidak sesuai dengan akhlakul karimah. Sebab ia lupa bahwa Allah yang telah menciptakannya. Keadaan demikian menunjukkan perlu adanya pembangunan iman untuk meningkatkan akhlak seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak di antaranya :
1.    Tingkah Laku Manusia

Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan, sikap perbuatan boleh jadi tidak di gambarkan dalam perbuatan atau tidak tercerminkan dalam perilaku sehari-hari.
Untuk melatih akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari misalkan dapat diterapkan dengan :
a.       Akhlak yang berhubungan dengan Allah
b.      Akhlak terhadap diri sendiri
c.       Akhlak terhadap keluarga
d.      Akhlak terhadap masyarakat
e.       Akhlak terhadap alam sekitar
Kecenderungan fitrah manusia untuk berbuat baik (hanif), dan secara fitrah manusia, seseorang muslim dilahirkan dalam keadaan suci.  Sebaliknya Allah membekali manusia di bumi dengan akal, pikiran, dan iman kepada-Nya. Keimanan itu dalam perjalanan hidup manusia dapat bertambah atau berkurang di sebabkan oleh pengaruh lingkungan hidup yang dialaminya.

2.      Insting dan Naluri
Menurut bahasa insting berarti kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongan, dorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga  merupakan kesanggupan melakukan hal yang komplek tanpa di lihat sebelumnya, terarah kepada suatu  tujuan yang berarti bagi subjek  tidak  disadari langsung secara mekanis.
Menurut James, insting ialah suatu sifat yang menyampaikan pada tujuan dan cara  berfikir. Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh nalurinya.
Insting pada intinya ialah suatu  kesanggupan untuk melakukan perbuatan yang tertuju kepada sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan batin yang telah  dimiliki manusia sejak lahir. Insting terdiri dari empat pola khusus yaitu:
1.      Sumber insting. Sumber insting berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan kecenderungan, lama-lama menjadi kebutuhan.
2.      Tujuan insting. Tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah untuk menghilangkan perasaan tidak enak yang timbul karena adanya tekanan batin.
3.      Objek insting. Obyek insting merupakan segala aktivitas yangmengantar keinginan dan memilih-milih agar keinginannya dapat terpenuhi
4.      Gerak insting. Gerak insting tergantung kepada intensitas kebutuhan.
Dalam  ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat akidah, namun harus di topangi ilmu, amal dan takwa kepada Allah. Allah memuliakan akal dengan dijadikannya sebagai sarana tanggung jawab.
Akal adalah jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia,  berlaku, berbuat membentuk dan membina. Akal menjadikan manusia itu mukmin,muslim, muttaqin shalihin. Agama itu akal maka hanya  dengan akallah dapat memahami Allah, akal merupakan kunci untuk memahami Islam.
Keadaan pribadi manusia bergantung pada asalnya terhadap naluri akal dapat menerima naluri tertentu, sehingga terbentuk kemauan yang melahirkan tindakan. Akal  dapat mengendalikan naluri sehingga terwujud perbuatan yang diputuskan oleh akal. Hubungan naluri dan akal membentuk kemauan. Kemauan melahirkan tingkah laku perbuatan naluri  yang ada pada diri seseorang adalah takdir Tuhan.
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (instink). Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan suatu pembawaan asli. Dalam bahasa Arab disebut “garizah” atau “fithrah” dan dalam bahasa inggris disebut instinct.
Dalam hubungan ini, ahli-ahli psikologi menerangkan pelbagai naluri (instink) yang ada pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya, diantaranya :
a.       Naluri makan (nutritive instinct) : bahwa begitu manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. Buktinya begitu bayi lahir, begitu mencari tetek ibunya pada waktu itu juga dapat mengisap air susu tanpa diajari lagi.
b.      Naluri berjodoh (seksual instinct) : laki-laki menginginkan wanita dan wanita ingin berjodoh dengan laki-laki
c.       Naluri Keibu bapakan (paternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu tahan menderita dalam mengasuh bayinya, kelakuannya itu didorong oleh naluri tersebut.
d.      Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan. Jika seseorang diserang musuhnya, maka dia akan membela diri.
e.       Naluri Ber-Tuhan : Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang mengatur dan memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam hidup beragama.

3.    Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya niat. Nafsu adalah keinginan hati yang  kuat. Nafsu  merupakan kumpulan dari amanah dan syahwat yang ada pada manusia.
Menurut Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang sangat kuat, yang memiliki kecenderungan yang hebat sehingga menganggu keseimbangan fisik.
Dilihat dari definisi diatas berarti nafsu ialah suatu gejolak jiwa yang selalu mengarah kepada hal-hal yang  mendesak, kemudian diikuti dengan keinginan-keiginan pada diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Nafsu selalu mendorong kepada hal yang negatif yang perlu diperbaiki dengan tazkiyat an-nafsi, maksudnya pembersihan jiwa yang juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa.

Nafsu-nafsu yang ada pada manusia ada  tiga yaitu:
a)  Nafsu Ammarah, yaitu yang melahirkan bermacam-macam keinginan  untuk dapat dipenuhi nafsu ini belum memperoleh pendidikan  dan bimbingan sehingga belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
b)  Nafsu Lawwamah,  yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan dan menyesali perbuatan yang telah dilakukannya.
c) Nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntunan, bimbingan, pemeliharaan yang baik dan pendidikan. Nafsu ini dapat mendatangkan ketenangan batin melahirkan sikap akhlak yang baik dan selalu mendorong untuk melakukan kebajikan dan menjauhi maksiat. Disebabkan oleh meningkatkannya energi pada tubuh.
4.    Adat dan Kebiasaan
Adat menurut bahasa ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu.  Biasa adalah kata dasar yang mendapat imbuhan ke-an, artinya boleh, dapat atau sering. Menurut Nasraen, adat itu ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang obyektif kokoh dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.
Kebiasan terjadi sejak lahir. Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula. Kebiasaan adalah rangkaian perbuatan yang dipengaruhi akal pikiran. Pada permulaan sangat dipengaruhi akal pikiran. Pada permulaan sangata dipengaruhi pikiran. Tetapi makin lama pengaruh pikiran itu makin berkurang karena seringkali dilakukan. Kebiasaan merupakan kualitas kejiwaan,  keadaan yang  tetap, sehingga memudahkan pelaksanaan perbuatan.
Menurut  Soerjono Soekanto, kebiasaan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama dan kebiasaan ialah tingkah laku yang sudah distabilkan. Umumnya pembentukan kebiasaan itu di bantu oleh refleksi-refleksi, maka refleksi itu menjadi khas dasar bagi pembentukan kebiasaan. Dan pada akhirnya kebiasaan itu berlangsung otomatis dan mekanis terlepas dari pemikiran dan kesadaran,  namun sewaktu-waktu pikiran dan  kesadaran itu bisa difungsikan lagi untuk memberikan pengarahan baru bagi pembentukan kebiasaan baru.
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan. Sebagai contoh :
a.       Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah merupakan suatu kesenangan, malahan kadang-kadang menimbulkan pusing. Karena perbuatan tersebut diulang dan terus diulang akhirnya menjadilah kebiasaan yang menyenangkan.
b.      Bangun tengah malam mengerjakan shalat tahajjud, berat bagi orang yang tidak biasa. Tetapi jika hal it uterus diulangi akhirnya akan menjadi mudah dan terus menjadi kebiasaan yang menyenangkan.

5.    Lingkungan
Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud benda-benda seperti air, bumi, langit dan matahari. Lingkungan dapat memainkan peranan dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan, sehingga manusia dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya dan sebaliknya


  Lingkungan ada dua jenis yaitu:
1)      Lingkungan Alam.
Alam ialah seluruh ciptaan Tuhan baik dilangit dan dibumi selain Allah. Alam dapat menjadi aspek yang memengaruhhhi dan menentukan tingkah laku manusia.
2)      Lingkungan Pergaulan
Lingkungan ini mengandung pergaulan meliputi lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, singkatnya bahwa lingkunganlah yang banyak membentuk kemajuan pikiran dan kemajuan teknologi, namun juga dapat menjadikan perilaku baik dan buruk.
Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan  Islam yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik.  Lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat di bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1)      Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
2)      Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama.
3)     Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.
Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa berhubungan, dimana beradaptasi, akal harus dapat membedakan dan menempatkannya sesuai fitrah manusia.

2.2 Sumber Dalil-Dalil Pembentukan Akhlak

Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung kepada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan.
Pembentukan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembentukan akhlak. Rukun islam yang pertama adalah mengucapakan dua kalimah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.
Selanjutnya rukun islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar. (Q.S. Al-Ankabut :45) dalam hadits qudsi dijelaskan pula sebagai berikut :

اِنَّمَا اَتَقَبَّلَ الصَّلَاةُ مِمَّنْ تَوَاضَعَ بِهَا لِعَظَمَتِيْ وَلَمْ يَسْتَطِلْ عَلَى خَلْقِيْ وَلَمْ يَبِتْ مُصِرَّا عَلَى مَعْصِيَتِيْ وَقَطَعَ النَّهَارَ فِيْ ذِكْرِيْ وَرَحِمَ المِسْكْيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَالْاَرْمِلَةِ وَرَحِمَ المُصَابَ {رواه البزّر}
Artinya : Bahwasanya aku menerima shalat hanya dari orang yang bertawadlu dengan shalatnya kepada keagungan-Ku yang tidak terus-menerus berdosa, menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk dzikit kepada-Ku, kasih saying kepada fakir miskin, ibn sabil, janda serta mengasihi orang yang mendapat musibah. (H.R. al-Bazzar)
Pada hadits tersebut shalat diharapkan dapat menghasilkan akhlak yang mulia, yaitu bersikap tawadlu, mengagungkan Allah, berdzikir, membantu fakir miskin, ibn sabil, janda dan orang yang mendapat musibah.
Selanjutnya dalam rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin dan seterusnya. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia.
Begitu juga islam mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun Islam yang keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang. Dalam hal ini Nabi mengingatkan :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلِه حَاجَةٌ فِيْ اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ {رواه البخاري}
Artinya : Siapa yang tidak suka meninggalkan kata-kata dusta, dan perbuatan yang palsu, maka Allah tidak membutuhkan daripadanya, puasa meninggalkan makan dan minumnya.(H.R. Bukhari)
Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam yang lainnya. Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji ibadah dalam Islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya. Hubungan ibadah haji dengan pembentukan akhlak ini dapat dipahami dari ayat yang berbunyi :
Berdasarkan analisis yang didukung dalil-dalil al-Qur’an dan al-Hadits tersebut diatas, kita dapat mengatakan bahwa islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembentukan akhlak, termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun iman dan rukun islam terhadap pembentukan akhlak menunjukkan bahwa pembentukan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau system yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembentukan akhlak.
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa terpaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus misalnya, pada mulanya ia harus memeksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.
Pembentukan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatika factor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai pada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan oleh para ulama dimasa lalu, mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan rasul, anjuran beribadah, akhlak mulia dan lainnya.














BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Akhlak adalah salah satu jembatan yang mendekatkankan makhluk dengan Khaliknya. Karena itu beragama bukanlah sebuah beban. Membebaskan diri dari ketentuan Maha Pencipta, atau membebaskan manusia dari nilai-nilai agama (seperti paham free of values) samalah artinya menjadikan makhluk manusia yang tidak punya makna.
Dengan ilmu, iman, amal dan takwa seseorang dapat berbuat kebaikan seperti sholat, puasa, berbuat baik sesama manusia. Sebaliknya tanpa ilmu iman dan takwa seseorang dapat berperilaku yang tidak sesuai dengan akhlakul karimah. Sebab ia lupa bahwa Allah yang telah menciptakannya. Keadaan demikian menunjukkan perlu adanya pembangunan iman untuk meningkatkan akhlak seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak :
1.      Tingkah laku manusia.
2.      Nafsu.
3.      Adat dan kebiasaan.
4.      Lingkungan
Pembentukan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembentukan akhlak.
 Seperti rukun islam yang ke dua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar (Q.S. Al-Ankabut :45) .
DAFTAR PUSTAKA


Drs. Soemanto Wasty, M.Pd. 2006.  Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
http://dicilala.blogspot.com/2011/10/etika-akhlak-dan-moral.html
Masyrukhin. 2010. Modul Aqidah Akhlak. Jombang: MGMP








Tidak ada komentar:

Posting Komentar