BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah
menjadi pemahaman umum bahwa rendahnya kualitas pendidikan menjadi persoalan
serius bagi dunia pendidikan bangsa ini. Sebab disadari atau tidak,
kualitas pendidikan sangat
menentukan kualitas suatu bangsa. Bangsa yang maju selalu didukung oleh kualitas pendidikan yang baik, sementara
bangsa yang terbelakang bisa dipastikan tidak memiliki kualitas pendidikan yang
memadai. Karena itulah, pembaruan pendidikan mutlak dilakukan demi peningkatan
kualitas pendidikan yang pada gilirannya dapat meningkatkan harkat dan martabat
manusia. Menurut Nurhadi,
salah satu aspek penting
yang harus dilakukan dalam konteks pembaruan pendidikan adalah pembaruan dalam
efektivitas metode pembelajaran. Pembaruan efektivitas model pembelajaran dimaksudkan bahwa harus ada upaya terobosan untuk
mencari metode pembelajaran yang efektif oleh guru di kelas,
yang lebih memberdayakan potensi siswa (Munjin, 2009: 115).
Jika pendidik menginginkan agar tujuan
pendidikan tercapai secara
efektif dan efisien, maka
penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai
teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses belajar
mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara bervariasi,
sebab masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan (Syaiful, 2005: 231).
Sehingga dalam penggunaannya
pendidik harus menyesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kemampuan peserta
didik. Pemilihan teknik dan metode yang tepat
memerlukan keahlian
tersendiri, sehingga pendidik
harus pandai memilih dan menerapkannya.
|
Kegiatan
belajar mengajar, untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan maka seorang
guru harus bertanggung jawab bagaimana mengatur, mengelola kelas, dan memilih
metode yang relevan dengan materi. Sehingga siswa mampu memahami dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang
pendidik harus membimbing, mengarahkan dan menciptakan kondisi belajar bagi
siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien guru pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD harus berusaha mengurangi metode ceramah dan mulai
mengembangkan metode lain dengan melibatkan siswa secara aktif. Belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Kegiatan belajar akan
aktif apabila peserta didik melakukan kegiatan belajar yang harus dilakukan.
Mereka menggunakan kekreatifan otak-otak
mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan
memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dalam kegiatan pembelajaran
sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan berpendapat
serta berperan.
Menurut Silbermen,
“tanpa peluang untuk
mendiskusikan, mengajukan
pertanyaan, mempraktikkan, dan mengajarkan kepada siswa lain, proses belajar
yang sesungguhnya tidak akan terjadi”. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa yang autis bisa
mengikuti selama proses
belajar terjadi.
Tujuan dari pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat
belajar siswa . Salah satu metode
yang dapat menggugah semangat dan minat belajar dalam proses belajar mengajar
adalah metode bermain peran.
Bentuk permainan peran
dapat menjadi metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan
terutama ketika peserta didik diharapkan mempertahankan pendapat yang
bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Ini merupakan metode yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam
kelas, bukan hanya pelaku yang berperan dramatis saja.
Dalam era terbuka seperti
sekarang ini, diskusi dramatis menjadi sangat penting, artinya untuk memberikan terapi atau
penyembuhan kontribusi yang besar bagi kehidupan
demokrasi, tak terkecuali dalam dunia pendidikan anak autis. Metote bermain peran merupakan metode pengajaran yang berupa mencari jalan
tengah yang diharapkan dapat melibatkan guru dengan siswanya. Sehingga keduanya
dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar tanpa dominasi yang
berlebihan dari kedua belah pihak dan diharapkan pula dengan adanya kerjasama
yang terjalin antara siswa dalam kelompok menunjang minat belajar siswa.
Dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, tidak semua
materinya dapat disampaikan dalam bentuk ceramah dan demonstrasi. Terdapat pula
materi yang di dalamnya terdapat suatu cerita tentang
cerita rakyat yang dapat menjadikan
suri
tauladan dalam pembentukan suatu kepribadian dunia anak autis bahwa bermula dari contoh-contoh,
cerita prilaku atau akhlak para tokoh.
Hal tersebut berimplikasi
pada dunia pendidikan, bahwa pemupukkan akhlak atau pemupukan
suatu kepribadian anak autis yang
terangkum dalam contoh pada pembejalaran Bahasa
Indonesia, tak jarang
mengundang pertanyaan-pertanyaan dasar dari siswa. Entah dalam
rangka mengkontekstualisasikan akhlak dari para tokoh-tokoh utama
yang di naungi akhlak yang baik dan kepribadian yang baik. Untuk memahami akhlak dan budi pekerti harus diawali dari kegiatan komprehensif yang
disajikan dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk menggugah semangat
anak didik dalam menikmati kegiatan pembelajaran, maka contoh-contoh realitas sangat
memungkinkan untuk dikaji, dicarikan duduk sumber cerita tentang
kehidupan tokoh utama yang mempunyai kepribadian dan akhlak yang baik. Pada tahapan ini, keinginan anak didik untuk
mengetahui, memahami, mengerti akan sangat besar.
Stimulus dari guru amat
penting, pilihan metode pembelajaran yang tepat menentukan pada proses
pembelajaran. Salah satu metode yang relevan diterapkan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia adalah
metode bermain peran. Penerapan metode bermain peran
dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya di SD Yamastho
Surabaya merupakan respon
yang baik dalam perkembangan mutakhir sistem pendidikan di Indonesia khususnya
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Metode bermain peran di SD Yamastho Surabaya khususnya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, peserta didik
lebih semangat belajar karena dalam proses pembelajaran peserta didik tidak
hanya pasif mendengarkan ceramah dari pendidik akan tetapi peserta didik juga
ikut aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak bosan dan
mampu memahami mata pelajaran dengan baik.
Sesuai dengan penjelasan
diatas, maka judul penelitian ini adalah “Peningkatan Kreatifitas Pembelajaran Melalui Pembentukan Dunia Anak
Autis Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Penerapan Metode Bermain Peran
di SD Yamastho Surabaya”.
Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan gambaran tentang metode bermain peran yang diterapkan
saat pembelajaran Bahasa Indonesia yang sedang berlangsung di SD Yamastho Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Berpijak
pada paparan diatas, maka permasalahan dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana
kreatifitas dalam metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Yamastho Surabaya ?
2. Apa
saja faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan metode bermain peran pada
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya ?
3. Apa
saja faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan metode bermain peran pada
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya ?
C. Tujuan Penelitian
Agar sasaran
yang akan dicapai dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis perlu
menjabarkan tujuan dan kegunaan penelitian yang akan dicapai :
1. Untuk
mengetahui kreatifitas dalam metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD Yamastho Surabaya.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pendukung pelaksanaan metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Yamastho Surabaya.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat
pelaksanaan metode
bermain peran pada
pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD Yamastho
Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, penelitian berharap agar
bermanfaat dan dapat digunakan:
1. Untuk
mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan secara luas dalam ilmu pendidikan
khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia, dimana ada kaitannya dengan metode
yang tepat dalam pelaksanaan belajar mengajar khususnya dengan menggunakan
metode bermain peran.
2. Dengan
adanya penelitian ini,diharapkan mampu mengoptimalkan pemanfaatan metode
pembelajaran seperti diterapkannya metode bermain peran dalam proses belajar
mengajar.
3. Memberikan
masukan kepada lembaga SD Yamastho Surabaya sebagai acuan bagi pendidik dalam
mendidik siswa-siswinya.
E. Asumsi
Asumsi adalah “anggapan dasar yang dianggap benar
dan tidak perlu dibuktikan lagi. Asumsi diungkapkan dengan jelas, singkat dan
rasional” (UNSURI, 2009: 12).
Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa :
1. Siswa
SD Yamastho Surabaya menggunakan metode bermain peran dalam kegiatan belajar
mengajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
2. Setiap
siswa memiliki kemampuan untuk memahami pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode bermain peran yang bermanfaat untuk pembentukan kepribadian
anak autis aktif .
3. Setiap
siswa SD Yamastho Surabaya memiliki rasa ketertarikan terhadap metode bermain
peran yang diterapkan guru yang akan berdampak positif dalam pembentukan
kepribadian anak autis aktif.
F. Definisi Operasional
Untuk memahami dan mempelajari makna judul
penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah pokok yang
ada. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami
judul penelitian ini. Adapun definisi operasionalnya adalah sebagai berikut :
1. Kreatifitas
Suatu hal dalam kegiatan aktifitas
pembelajaran yang biasa menjadi luar biasa (KBBI, 2008: 125).
2. Metode
Bermain Peran
Metode yaitu cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditetukan. Metote bermain peran
merupakan metode pengajaran yang berupa mencari jalan tengah yang diharapkan
dapat melibatkan guru dengan siswanya. Sehingga keduanya dapat berperan aktif
dalam proses belajar mengajar tanpa dominasi yang berlebihan dari kedua belah
pihak dan diharapkan pula dengan adanya kerjasama yang terjalin antara siswa
dalam kelompok menunjang minat belajar siswa (Dimyati, 1999: 231).
3. Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Kata
“pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mempunyai arti proses.
Menurut Dimyati dan Mujiono bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan
yang ditujukan untuk pembelajaran siswa. Sedangkan Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang
diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang
sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai-mana
dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan
sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat
pengalaman siswa sekolah dasar”.
4. Pembentukan
Kepribadian
Kepribadian yaitu ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas yang bersumber dari bentukan-bentukan
yang diterima dari lingkungan keluarga atau juga bisa suatu sifat bawaan
seseorang sejak lahir.
5. Autis
Istilah
autisme berasal dari kata “autos”
yang berarti sendiri, dan “Isme” yang
berarti aliran. Dengan demikian autisme berarti suatu paham yang tertarik pada
dunianya sendiri. Sedangkan autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang
ompleks seperti komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi (Lovaas,
1991: 12).
William
mengatakan bahwa autis bukan penyakit menular, tetapi merupakan sekumpulan
gejala klinis atau sindrom yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang
unik, dan saling berkaitan satu sama lain. Dikatakan unik karena memiliki
kekhususan tersendiri seperti gangguan spectrum autisme yang identik dengan
gangguan perkembangan perpasif.
Yuniar
(2006) mengemukakan bahwa gejala atau ciri-ciri anak yang tergolong autis cukup
banyak. Gejala tersebut diantaranya :
1) Kurang
mampu berbicara dan sulit berkomunikasi dengan orang lain
2) Sulit
mengungkapkan keinginannya sehingga suka sekali menarik tangan orang lain atau
menunjuk-nunjuk keinginannya
3) Suka
membeo atau sebaliknya jika ditanya tidak menjawab tetapi hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya
4) Suka
menangis, marah, tetawa tanpa diketahui sebabnya
5) Sulit
bermain dengan teman sebayanya
6) Tidak
merespon bila diajak berbicara dengan teman sebayanya
7) Tidak
responsif terhadap metode pembelajaran dari trapi guru
8) Tidak
suka memeluk atau memeluk orang lain
9) Takut
pada benda, suara atau suasana tertentu
10) Suka
menyendiri dan cuek terhadap lingkungan sekitarnya
11) Kontak
mata sangat kurang
12) Tidak
sensitif atau sebaliknya sangat sensitif terhadap rasa sakit
13) Tidak
mengenal bahaya apapun
14) Kemampuan
motorik kurang bisa berkembang
15) Suka
mengulangi gerakan yang tanpa tujuan seperti, jinjit-jinjit, memukuli kepala,
tepuk-tepuk tangan, mata melirik dan berkedip, main jari tangan, memegang
kemaluannya
16) Suka
mengamuk jika keinginannya tidak terpenuhi
17) Lekat
pada benda tertentu seperti, bantal, guling, gambar pada majalah
18) Menutup
telinga jika mendengar suara tertentu
19) Cara
bermain tidak wajar seperti suka menumpuk
20) Mempertahankan
rutinitas sehingga sulit menyesuaikan diri dengan perubahan
21) Suka
memutar-mutar benda
22) Hiperaktif
atau sebaliknya sangat pasif
Dua
puluh dua gejala seperti yang disebutkan di atas biasanya tetap terlihat
dimanapun anak autis berada yang berbeda dengan tingkah laku anak seusianya.
Namun demikian setiap anak mempunyai variasi gejala yang berbeda-beda.
Sedangkan secara klinis diagnosis autisme tampak adanya empat gejala seperti,
(1) kurangnya kemampuan interaksi sosial dan emosional, (2) kurangnya
komunikatif timbal balik, (3) minat yang terbatas disertai dengan gerakan
berulang-ulang tanpa tujuan, (4) respon sensorik yang menyimpang (Maurice,
1993: 13).
6. SD
Yamastho Surabaya
yaitu suatu Madrasah yang sistem
pembelajarannya berkesinambungan dengan dunia sekolah Alam, pada Madrasah ini
semua pendidik dituntut dalam pengajaran pada peserta didik di utamakan memakai
pemikiran otak kanan yang harus digunakan. Lembaga ini memfokuskan diri pada
pembelajaran agama Islam yang dipadu dengan materi dan pengetahuan umum sebagai
pendukungnya. Materi yang diajarkan di madrasah ini terdapat suatu materi
pendidikan agama islam yang pada saat pembelajarannya di kolaborasikan dengan
lingkungan alam.
G. Strategi Penelitan
Uraian
tentang strategi penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Penentuan
Penelitian
1) Populasi
Penelitian
Sementara untuk populasi penelitian penulis berpegang pada pendapat
yang menyatakan bahwa populasi adalah totalitas semua kasus, kejadian, orang,
hal dan lain-lain” berdasarkan batasan tersebut yang menjadi populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa SD Yamastho Surabaya (Suharsimi
Arikunto, 2010: 173).
2) Sampel
Penelitian
Adapun
sampel menurut adalah “Suatu bagian dari keseluruhan yang dipilih”. Mengingat
populasi yang diteliti merupakan populasi heterogen, maka penulis mengambil
sampel yang ditarik dengan sengaja (non random) karena alasan-alasan
diketahuinya sifat-sifat sampel itu. Maka yang dijadikan sampel penelitian ini
yaitu siswa SD Yamastho
Surabaya.
2.
Metoda
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data yang sesuai dengan masalah dan obyek diteliti, peneliti
menggunakan beberapa metode, antara lain :
1)
Metode Observasi
Sebelum
melakukan langkah awal yaitu wawancara, penulis terlebih dahulu melakukan
observasi. Observasi adalah
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara mendalam terhadap obyek yang
diteliti. Observasi juga merupakan metode
pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan secara langsung tanpa
menggunakan bantuan sarana-sarana tertentu.
Dalam penelitian ini, pengamatan merupakan teknik yang
paling penting sebelum melakukan penelitian untuk memperoleh suatu data, dengan
metode observasi, hasil yang diperoleh peneliti lebih jelas dan terarah sesuai
dengan apa adanya. Agar diperoleh pengamatan yang jelas untuk menghindari
kesalahpahaman dengan obyek, maka penulis mengamati secara langsung untuk
mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Karena termasuk penelitian kualitatif, maka observasi
yang digunakan adalah observasi partisipasi pasif yang artinya peneliti datang
ikut dalam kegiatan tersebut. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang tampak.
Dengan teknik ini peneliti dapat
melihat atau datang ke sekolah secara langsung untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan proses Pelaksanaan metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD Yamastho
Surabaya, dan faktor apa saja yang menjadi
pebdukung serta penghambat pelaksanaan metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD Yamastho Surabaya. Selain itu teknik observasi
juga bisa digunakan untuk mengamati kondisi sekolah, sarana dan prasarana yang
ada di Madrasah tersebut.
2)
Metode Interview
Interview adalah
suatu bentuk komunikasi verbal. Dalam artian bahwa metode ini berbentuk tanya
jawab lisan antara dua orang atau lebih secara fisik yang satu dapat melihat
wajah yang lain dan juga mendengar sendiri suaranya.
Menurut Sugiono, wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dengan demikian,
mengadakan wawancara/interview itu pada prinsipnya merupakan usaha untuk
menggali keterangan yang lebih mendalam pada sebuah kajian dari sumber yang
relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, fikiran, dan sebagainya,
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data
yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya kedua metode
tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya sambil wawancara juga
melakukan observasi atau sebaliknya.
Sedangkan teknik wawancara yang digunakan oleh
peneliti disini adalah teknik wawancara bebas (tak berstruktur) dan wawancara
mendalam. Wawancara tak berstruktur yaitu teknik wawancara bebas di mana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tak
berstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan pada apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
Sedangkan
wawancara mendalam dapat dikembangkan secara spontan selama proses wawancara berlangsung. Tujuannya adalah untuk mengkaji
lebih mendalam atau lebih fokus lagi pada hal-hal yang dibicarakan. Peneliti
berharap memperoleh jawaban yang sesuai dengan permasalahan dengan bebas dan
tidak terikat, dengan cara peneliti berterus terang bahwa penelitian ini
dipergunakan untuk penulisan proposal.
Tahapan-tahapan interview akan
digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang :
a.
Bagaimana cara
pembentukan kepribadian anak autis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Yamastho Surabaya.
b.
Apa saja faktor
pendukung pelaksanaan metode bermain peran di SD Yamastho Surabaya.
c.
Apa saja faktor
penghambat pelaksanaan Metode bermain peran di SD Yamastho Surabaya.
Sedangkan responden yang akan
menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
a.
Kepala Sekolah di
SD Yamastho Surabaya.
b.
Waka Kurikulum di
SD Yamastho Surabaya.
c.
Waka Sarana Dan
Prasarana di SD Yamastho Surabaya.
d.
Guru Bahasa
Indonesia kelas inklusi di SD Yamastho Surabaya.
e.
Siswa-siswi kelas
inklusi di SD Yamastho Surabaya.
Metode Interview ini digunakan
untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber data yang
bersangkutan tentang keadaan di SD Yamastho Surabaya
dan sejarah berdirinya serta untuk
mengetahui sejauh mana penerapan Metode bermain peran dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya. Hal itu didapatkan dengan Interview bersama
kepala sekolah, guru
pengajar bidang studi Bahasa Indonesia, dan beberapa informan untuk memperoleh data yang
dapat menunjang pelaksanaan penelitian.
3)
Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data-data dengan hal-hal yang
berupa transkip, catatan, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, notulen rapat
dan sebagainya. Menurut Sugiono, Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen ada yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen ada yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen ada juga yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat
berupa gambar, patung film, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitin kualitatif. Hasil penelitian dari
observasi akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah
pribadi di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografinya.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh
data-data dalam bentuk dokumentasi tentang jumlah guru dan siswa di SD Yamastho
Surabaya, data inventaris, dan data struktur organisasi SD Yamastho Surabaya. Data
yang dihasilkan diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
dramatisasi metode bermain peran
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Yamastho Surabaya..
4)
Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Bila peneliti melakuka pengumpulan data dengan teknik triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.
Metode Triangulasi yang peneliti ambil disini adalah
triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti mengunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Sedangkan triangulasi
sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama.
Tujuan dari teknik triangulasi bukan untuk mencari
kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman
peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
3.
Metoda
Analisis Data
Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari,dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan
pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru. Peneliti
terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara
alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan
dari proses tersebut.
Selain itu, teknik analisis data
dalam penelitian kualitatif juga bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau
kalimat yang dipisahkan untuk kategori sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Menurut Miles dan Hubermen sebagaimana yang dikutip Sugiono, mengungkapkan
bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus
sampai tuntas sehingga tidak diperoleh lagi data atau informasi baru.
Komponen dalam
analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
a.
Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b.
Data Display ( Penyajian Data)
Setelah
data direduksi atau disaring, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitan kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Sedangkan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c.
Verification (Penarikan Kesimpulan)
Pada tahap ini merupakan tahap akhir pada analisis
yang bersifat umum menjadi khusus. Dalam hal ini akan dijawab permasalah yang
ada pada penelitian, sehingga sesuai pula dengan tujuan penelitian yaitu
mencari suatu perubahan kepribadian anak autis dalam metode bermain peran pada
pembelajaran Bahasa Indonesia saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Selanjutnya, teknik analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis
Domain, yaitu peneliti memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek
penelitian. Ditemukan beberapa domain atau kategori. Peneliti menetapkan domain
tersebut sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini,
peneliti menetapkan metode bermain
peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia dan yang berkaitan dengan
metode tersebut sebagai domainnya
2. Analisis
taksonomi, yaitu analisis yang aktivitasnya adalah mencari bagaimana
domain/kategori yang dipilih akan dijabarkan menjadi lebih rinci yang nantinya
sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau menjelaskan secara lebih dalam
fenomena (focus) yang menjadi sasaran penelitian. Analisis ini dilakukan dengan
observasi terfokus. Focus penelitian yang ditetapkan disini adalah tentang
pelaksanaan metode bermain peran
dalam kegiatan belajar mengajar bidang studi Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya..
3. Analisis
Komponensial yaitu analisis yang kegiatannya mencari perbedaan yang spesifik
dari setiap rincian yang dihasilkan analisis taksonomi.
4. Analisis
Tema Kultural yaitu analisis yang aktivitasnya mencari hubungan di antara
domain atau kategori, dan bagaimana hubungannya dengan keseluruhan, selanjutnya
dirumuskan dalam tema atau judul penelitian. Hasil dari analisis data ini
adalah Peningkatan Kreatifitas Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Penerapan
Metode Bermain Peran di SD Yamastho Surabaya.
H. Sistematika Pembahasan
Agar
pembahasan dalam penelitian ini mengarah kepada menjadi lima bab dan tiap bab
tersusun dari beberapa sub dan akan dijabarkan dalam garis besarnya sebagai
berikut:
Bab Pertama : Berisi pendahuluan yang
menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
Bab
Kedua : Berisi kajian pustaka yang menjelaskan. Pertama tentang Metode
Pembelajaran, dengan sub pokok bahasan Pengertian Metode Pembelajaran, Pertimbangan Memilih Metode Pembelajaran,
Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran, dan Kedudukan Metode Dalam Pembelajaran. Kedua,
tentang metode bermain peran, dengan
sub pokok bahasan: Pengertian metode
bermain peran, tujuan metode bermain peran, Prinsip-prinsip Metode bermain peran, Aspek-aspek Dalam bermain peran, Langkah-langkah
dalam pelaksanaan metode bermain peran, Variasi dalam Metode bermain peran, Teknik dalam bermain peran dan kebaikan serta kelemahan metode bermain
peran. Ketiga Tinjauan
tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya, yang meliputi Pengertian
Pembelajaran Bahasa Indonesia, Sumber materi Bahasa Indonesia, Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Keempat Kekreatifan Pembelajaran
Bahasa Indonesia pada Metode
bermain peran dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.
Bab Ketiga : Berisi Metode
Penelitian, yamg menjelaskan tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian,
Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Pengecekan
Keabsahan Data, Dan Tahap – tahap Penelitian.
Bab Keempat
: Berisi Paparan Hasil
Penelitian tentang paparan (deskripsi) sejumlah data empiris
yang diperoleh melalui studi lapangan. Mencakup gambaran umum obyek penelitian
di SD Yamastho Surabaya, dengan
sub bagian: sejarah berdirinya SD Yamastho Surabaya, Letak Geografis, Profil SD Yamastho Surabaya, Tujuan, Visi, dan
Misi SD
Yamastho Surabaya, stuktur organisasi sekolah, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa,
Unit-unit
Pendidikan, Sarana dan prasarana SD Yamastho Surabaya, Kurikulum SD Yamastho Surabaya, Serta penyajian data dan analisa hasil penelitian
tentang intrepretasi penulis, dengan data-data yang berhasil dihimpun. Analisa ini berfungsi
untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan berkaitan dengan pelaksanaan metode
bermain
peran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamasto Surabaya.
Bab
Kelima : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan metode bermain
peran pada mata pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya. Disamping
itu akan diberikan saran-saran, serta dilengkapi daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
I. Daftar Pustaka
Arikunto
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati.
2006. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta
Munjin
Nasih. 2009. Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung : PT Refika Aditama
Rusman.
2009. Pembelajaran Mengembangkan
Profesional Guru.Jakarta: Rajawali Pers
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono.
2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Remaja Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar