Jumat, 08 September 2017

proposal penelitian


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa rendahnya kualitas pendidikan menjadi persoalan serius bagi dunia pendidikan bangsa ini. Sebab disadari atau tidak, kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Bangsa yang maju selalu didukung oleh kualitas pendidikan yang baik, sementara bangsa yang terbelakang bisa dipastikan tidak memiliki kualitas pendidikan yang memadai. Karena itulah, pembaruan pendidikan mutlak dilakukan demi peningkatan kualitas pendidikan yang pada gilirannya dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menurut Nurhadi, salah satu aspek penting yang harus dilakukan dalam konteks pembaruan pendidikan adalah pembaruan dalam efektivitas metode pembelajaran. Pembaruan efektivitas model pembelajaran dimaksudkan bahwa harus ada upaya terobosan untuk mencari metode pembelajaran yang efektif oleh guru di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa (Munjin, 2009: 115).
Jika  pendidik menginginkan agar tujuan pendidikan  tercapai   secara  efektif dan efisien, maka  penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses  belajar  mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara bervariasi, sebab masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan (Syaiful, 2005: 231).

Sehingga dalam penggunaannya pendidik harus menyesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kemampuan peserta didik.  Pemilihan  teknik dan metode yang  tepat  memerlukan keahlian  tersendiri,  sehingga pendidik harus pandai memilih dan menerapkannya.
1
 
Metode mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu.
Kegiatan belajar mengajar, untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan maka seorang guru harus bertanggung jawab bagaimana mengatur, mengelola kelas, dan memilih metode yang relevan dengan materi. Sehingga siswa mampu memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pendidik harus membimbing, mengarahkan dan menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien guru pembelajaran Bahasa Indonesia di SD harus berusaha mengurangi metode ceramah dan mulai mengembangkan metode lain dengan melibatkan siswa secara aktif. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Kegiatan belajar akan aktif apabila peserta didik melakukan kegiatan belajar yang harus dilakukan. Mereka menggunakan kekreatifan otak-otak  mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan  memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan berpendapat serta berperan. Menurut Silbermen, “tanpa peluang untuk mendiskusikan,  mengajukan pertanyaan, mempraktikkan, dan mengajarkan kepada siswa lain, proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi”.  Hal ini dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa yang autis bisa mengikuti selama proses belajar terjadi.
Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa . Salah satu metode yang dapat menggugah semangat dan minat belajar dalam proses belajar mengajar adalah metode bermain peran. Bentuk permainan peran dapat menjadi metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama ketika peserta didik diharapkan mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Ini merupakan metode yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas, bukan hanya pelaku yang berperan dramatis saja.
Dalam era terbuka seperti sekarang ini, diskusi dramatis menjadi sangat penting, artinya untuk memberikan terapi atau penyembuhan  kontribusi yang besar bagi kehidupan demokrasi, tak terkecuali dalam dunia pendidikan anak autis. Metote bermain peran merupakan metode pengajaran yang berupa mencari jalan tengah yang diharapkan dapat melibatkan guru dengan siswanya. Sehingga keduanya dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar tanpa dominasi yang berlebihan dari kedua belah pihak dan diharapkan pula dengan adanya kerjasama yang terjalin antara siswa dalam kelompok menunjang minat belajar siswa.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tidak semua materinya dapat disampaikan dalam bentuk ceramah dan demonstrasi. Terdapat pula materi yang di dalamnya terdapat suatu cerita tentang cerita rakyat yang dapat menjadikan suri tauladan dalam pembentukan suatu kepribadian dunia anak autis bahwa bermula dari contoh-contoh, cerita prilaku atau akhlak para tokoh.
Hal tersebut berimplikasi pada dunia pendidikan, bahwa pemupukkan akhlak atau pemupukan suatu kepribadian anak autis yang terangkum dalam contoh pada pembejalaran Bahasa Indonesia, tak jarang mengundang pertanyaan-pertanyaan dasar dari siswa. Entah dalam rangka mengkontekstualisasikan akhlak dari para tokoh-tokoh utama yang di naungi akhlak yang baik dan kepribadian yang baik. Untuk memahami akhlak dan budi pekerti harus diawali dari kegiatan komprehensif yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk menggugah semangat anak didik dalam menikmati kegiatan pembelajaran, maka contoh-contoh  realitas sangat memungkinkan untuk dikaji, dicarikan duduk sumber cerita tentang kehidupan tokoh utama yang mempunyai kepribadian dan akhlak yang baik. Pada tahapan ini, keinginan anak didik untuk mengetahui, memahami, mengerti akan sangat besar.
Stimulus dari guru amat penting, pilihan metode pembelajaran yang tepat menentukan pada proses pembelajaran. Salah satu metode yang relevan diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah metode bermain peran. Penerapan metode bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya di SD Yamastho Surabaya merupakan respon yang baik dalam perkembangan mutakhir sistem pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Metode bermain peran di SD Yamastho Surabaya khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik lebih semangat belajar karena dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya pasif mendengarkan ceramah dari pendidik akan tetapi peserta didik juga ikut aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak bosan dan mampu memahami mata pelajaran dengan baik.
Sesuai dengan penjelasan diatas, maka judul penelitian ini adalah “Peningkatan Kreatifitas Pembelajaran Melalui Pembentukan Dunia Anak Autis Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Penerapan Metode Bermain Peran di SD Yamastho Surabaya”. Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan gambaran tentang metode bermain peran  yang diterapkan saat pembelajaran Bahasa Indonesia yang sedang berlangsung di SD Yamastho Surabaya.
B.     Rumusan Masalah
Berpijak pada paparan diatas, maka permasalahan dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana kreatifitas dalam metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya ?
2.    Apa saja faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya ?
3.    Apa saja faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya ?
C.    Tujuan Penelitian
Agar sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis perlu menjabarkan tujuan dan kegunaan penelitian yang akan dicapai :
1.    Untuk mengetahui kreatifitas dalam metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya.

2.    Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pendukung pelaksanaan metode bermain peran  pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya.

3.    Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat pelaksanaan metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya.

D.    Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, penelitian berharap agar bermanfaat dan dapat digunakan:
1.      Untuk mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan secara luas dalam ilmu pendidikan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia, dimana ada kaitannya dengan metode yang tepat dalam pelaksanaan belajar mengajar khususnya dengan menggunakan metode bermain peran.
2.      Dengan adanya penelitian ini,diharapkan mampu mengoptimalkan pemanfaatan metode pembelajaran seperti diterapkannya metode bermain peran dalam proses belajar mengajar.
3.      Memberikan masukan kepada lembaga SD Yamastho Surabaya sebagai acuan bagi pendidik dalam mendidik siswa-siswinya.

E.     Asumsi
Asumsi adalah “anggapan dasar yang dianggap benar dan tidak perlu dibuktikan lagi. Asumsi diungkapkan dengan jelas, singkat dan rasional” (UNSURI, 2009: 12).
Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa :
1.      Siswa SD Yamastho Surabaya menggunakan metode bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
2.      Setiap siswa memiliki kemampuan untuk memahami pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran yang bermanfaat untuk pembentukan kepribadian anak autis aktif .
3.      Setiap siswa SD Yamastho Surabaya memiliki rasa ketertarikan terhadap metode bermain peran yang diterapkan guru yang akan berdampak positif dalam pembentukan kepribadian anak autis aktif.
F.     Definisi Operasional
Untuk memahami dan mempelajari makna judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah pokok yang ada. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami judul penelitian ini. Adapun definisi operasionalnya adalah sebagai berikut :
1.    Kreatifitas
Suatu hal dalam kegiatan aktifitas pembelajaran yang biasa menjadi luar biasa (KBBI, 2008: 125).
2.    Metode Bermain Peran
Metode yaitu cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditetukan. Metote bermain peran merupakan metode pengajaran yang berupa mencari jalan tengah yang diharapkan dapat melibatkan guru dengan siswanya. Sehingga keduanya dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar tanpa dominasi yang berlebihan dari kedua belah pihak dan diharapkan pula dengan adanya kerjasama yang terjalin antara siswa dalam kelompok menunjang minat belajar siswa (Dimyati, 1999: 231).
3.    Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mempunyai arti proses. Menurut Dimyati dan Mujiono bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk pembelajaran siswa. Sedangkan Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai-mana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”.
4.    Pembentukan Kepribadian
Kepribadian yaitu ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan keluarga atau juga bisa suatu sifat bawaan seseorang sejak lahir.
5.    Autis
Istilah autisme berasal dari kata “autos” yang berarti sendiri, dan “Isme” yang berarti aliran. Dengan demikian autisme berarti suatu paham yang tertarik pada dunianya sendiri. Sedangkan autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang ompleks seperti komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi (Lovaas, 1991: 12).
William mengatakan bahwa autis bukan penyakit menular, tetapi merupakan sekumpulan gejala klinis atau sindrom yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang unik, dan saling berkaitan satu sama lain. Dikatakan unik karena memiliki kekhususan tersendiri seperti gangguan spectrum autisme yang identik dengan gangguan perkembangan perpasif.
Yuniar (2006) mengemukakan bahwa gejala atau ciri-ciri anak yang tergolong autis cukup banyak. Gejala tersebut diantaranya :
1)   Kurang mampu berbicara dan sulit berkomunikasi dengan orang lain
2)   Sulit mengungkapkan keinginannya sehingga suka sekali menarik tangan orang lain atau menunjuk-nunjuk keinginannya
3)   Suka membeo atau sebaliknya jika ditanya tidak menjawab tetapi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya
4)   Suka menangis, marah, tetawa tanpa diketahui sebabnya
5)   Sulit bermain dengan teman sebayanya
6)   Tidak merespon bila diajak berbicara dengan teman sebayanya
7)   Tidak responsif terhadap metode pembelajaran dari trapi guru
8)   Tidak suka memeluk atau memeluk orang lain
9)   Takut pada benda, suara atau suasana tertentu
10)     Suka menyendiri dan cuek terhadap lingkungan sekitarnya
11)     Kontak mata sangat kurang
12)     Tidak sensitif atau sebaliknya sangat sensitif terhadap rasa sakit
13)     Tidak mengenal bahaya apapun
14)     Kemampuan motorik kurang bisa berkembang
15)    Suka mengulangi gerakan yang tanpa tujuan seperti, jinjit-jinjit, memukuli kepala, tepuk-tepuk tangan, mata melirik dan berkedip, main jari tangan, memegang kemaluannya
16)    Suka mengamuk jika keinginannya tidak terpenuhi
17)    Lekat pada benda tertentu seperti, bantal, guling, gambar pada majalah
18)    Menutup telinga jika mendengar suara tertentu
19)    Cara bermain tidak wajar seperti suka menumpuk
20)    Mempertahankan rutinitas sehingga sulit menyesuaikan diri dengan perubahan
21)    Suka memutar-mutar benda
22)    Hiperaktif atau sebaliknya sangat pasif
Dua puluh dua gejala seperti yang disebutkan di atas biasanya tetap terlihat dimanapun anak autis berada yang berbeda dengan tingkah laku anak seusianya. Namun demikian setiap anak mempunyai variasi gejala yang berbeda-beda. Sedangkan secara klinis diagnosis autisme tampak adanya empat gejala seperti, (1) kurangnya kemampuan interaksi sosial dan emosional, (2) kurangnya komunikatif timbal balik, (3) minat yang terbatas disertai dengan gerakan berulang-ulang tanpa tujuan, (4) respon sensorik yang menyimpang (Maurice, 1993: 13).
6.    SD Yamastho Surabaya
yaitu suatu Madrasah yang sistem pembelajarannya berkesinambungan dengan dunia sekolah Alam, pada Madrasah ini semua pendidik dituntut dalam pengajaran pada peserta didik di utamakan memakai pemikiran otak kanan yang harus digunakan. Lembaga ini memfokuskan diri pada pembelajaran agama Islam yang dipadu dengan materi dan pengetahuan umum sebagai pendukungnya. Materi yang diajarkan di madrasah ini terdapat suatu materi pendidikan agama islam yang  pada saat  pembelajarannya di kolaborasikan dengan lingkungan alam.
G.    Strategi Penelitan
Uraian tentang strategi penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Penentuan Penelitian
1)   Populasi Penelitian
Sementara untuk populasi penelitian penulis berpegang pada pendapat yang menyatakan bahwa populasi adalah totalitas semua kasus, kejadian, orang, hal dan lain-lain” berdasarkan batasan tersebut yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Yamastho Surabaya (Suharsimi Arikunto, 2010: 173).
2)   Sampel Penelitian
Adapun sampel menurut adalah “Suatu bagian dari keseluruhan yang dipilih”. Mengingat populasi yang diteliti merupakan populasi heterogen, maka penulis mengambil sampel yang ditarik dengan sengaja (non random) karena alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat sampel itu. Maka yang dijadikan sampel penelitian ini yaitu siswa SD Yamastho Surabaya.

2.      Metoda Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah dan obyek diteliti, peneliti menggunakan beberapa metode, antara lain :
1)        Metode Observasi
Sebelum melakukan langkah awal yaitu wawancara, penulis terlebih dahulu melakukan observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara mendalam terhadap obyek yang diteliti. Observasi juga merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan secara langsung tanpa menggunakan bantuan sarana-sarana tertentu.
Dalam penelitian ini, pengamatan merupakan teknik yang paling penting sebelum melakukan penelitian untuk memperoleh suatu data, dengan metode observasi, hasil yang diperoleh peneliti lebih jelas dan terarah sesuai dengan apa adanya. Agar diperoleh pengamatan yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman dengan obyek, maka penulis mengamati secara langsung untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Karena termasuk penelitian kualitatif, maka observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi pasif yang artinya peneliti datang ikut dalam kegiatan tersebut. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Dengan teknik ini peneliti dapat melihat atau datang ke sekolah secara langsung untuk memperoleh data yang berhubungan dengan proses Pelaksanaan metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya, dan faktor apa saja yang menjadi pebdukung serta penghambat pelaksanaan metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya. Selain itu teknik observasi juga bisa digunakan untuk mengamati kondisi sekolah, sarana dan prasarana yang ada di Madrasah tersebut.
2)        Metode Interview
Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Dalam artian bahwa metode ini berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara fisik yang satu dapat melihat wajah yang lain dan juga mendengar sendiri suaranya.
Menurut Sugiono, wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dengan demikian, mengadakan wawancara/interview itu pada prinsipnya merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih mendalam pada sebuah kajian dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, fikiran, dan sebagainya,
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya sambil wawancara juga melakukan observasi atau sebaliknya.
Sedangkan teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti disini adalah teknik wawancara bebas (tak berstruktur) dan wawancara mendalam. Wawancara tak berstruktur yaitu teknik wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tak berstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan pada apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
Sedangkan wawancara mendalam dapat dikembangkan secara spontan selama proses wawancara berlangsung. Tujuannya adalah untuk mengkaji lebih mendalam atau lebih fokus lagi pada hal-hal yang dibicarakan. Peneliti berharap memperoleh jawaban yang sesuai dengan permasalahan dengan bebas dan tidak terikat, dengan cara peneliti berterus terang bahwa penelitian ini dipergunakan untuk penulisan proposal.
Tahapan-tahapan interview akan digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang :
a.    Bagaimana cara pembentukan kepribadian anak autis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya.
b.    Apa saja faktor pendukung pelaksanaan metode bermain peran di SD Yamastho Surabaya.
c.    Apa saja faktor penghambat pelaksanaan Metode bermain peran di SD Yamastho Surabaya.
Sedangkan responden yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
a.    Kepala Sekolah di SD Yamastho Surabaya.
b.    Waka Kurikulum di SD Yamastho Surabaya.
c.    Waka Sarana Dan Prasarana di SD Yamastho Surabaya.
d.   Guru Bahasa Indonesia kelas inklusi di SD Yamastho Surabaya.
e.    Siswa-siswi kelas inklusi di SD Yamastho Surabaya.
Metode Interview ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber data yang bersangkutan tentang keadaan di SD Yamastho Surabaya dan sejarah berdirinya serta untuk mengetahui sejauh mana penerapan Metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya. Hal itu didapatkan dengan Interview bersama kepala sekolah, guru pengajar bidang studi Bahasa Indonesia, dan beberapa informan untuk memperoleh data yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.
3)        Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data-data dengan hal-hal yang berupa transkip, catatan, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, notulen rapat dan sebagainya. Menurut Sugiono, Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ada yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen ada yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen ada juga yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung film, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitin kualitatif. Hasil penelitian dari observasi akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografinya.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data-data dalam bentuk dokumentasi tentang jumlah guru dan siswa di SD Yamastho Surabaya, data inventaris, dan data struktur organisasi SD Yamastho Surabaya. Data yang dihasilkan diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan dramatisasi metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya..
4)        Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakuka pengumpulan data dengan teknik triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Metode Triangulasi yang peneliti ambil disini adalah triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti mengunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Sedangkan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Tujuan dari teknik triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
3.      Metoda Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut.
Selain itu, teknik analisis data dalam penelitian kualitatif juga bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.  Menurut Miles dan Hubermen sebagaimana yang dikutip Sugiono, mengungkapkan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas sehingga tidak diperoleh lagi data atau informasi baru.
Komponen dalam analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
a.               Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b.              Data Display ( Penyajian Data)
Setelah data direduksi atau disaring, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitan kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Sedangkan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 
c.               Verification (Penarikan Kesimpulan)
Pada tahap ini merupakan tahap akhir pada analisis yang bersifat umum menjadi khusus. Dalam hal ini akan dijawab permasalah yang ada pada penelitian, sehingga sesuai pula dengan tujuan penelitian yaitu mencari suatu perubahan kepribadian anak autis dalam metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Selanjutnya, teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.    Analisis Domain, yaitu peneliti memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek penelitian. Ditemukan beberapa domain atau kategori. Peneliti menetapkan domain tersebut sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan metode bermain peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia dan yang berkaitan dengan metode tersebut sebagai domainnya
2.    Analisis taksonomi, yaitu analisis yang aktivitasnya adalah mencari bagaimana domain/kategori yang dipilih akan dijabarkan menjadi lebih rinci yang nantinya sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau menjelaskan secara lebih dalam fenomena (focus) yang menjadi sasaran penelitian. Analisis ini dilakukan dengan observasi terfokus. Focus penelitian yang ditetapkan disini adalah tentang pelaksanaan metode bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar bidang studi Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya..
3.    Analisis Komponensial yaitu analisis yang kegiatannya mencari perbedaan yang spesifik dari setiap rincian yang dihasilkan analisis taksonomi.
4.    Analisis Tema Kultural yaitu analisis yang aktivitasnya mencari hubungan di antara domain atau kategori, dan bagaimana hubungannya dengan keseluruhan, selanjutnya dirumuskan dalam tema atau judul penelitian. Hasil dari analisis data ini adalah Peningkatan Kreatifitas Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Penerapan Metode Bermain Peran di SD Yamastho Surabaya.
H.    Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah kepada  menjadi lima bab dan tiap bab tersusun dari beberapa sub dan akan dijabarkan dalam garis besarnya sebagai berikut:
Bab Pertama : Berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua : Berisi kajian pustaka yang menjelaskan. Pertama tentang Metode Pembelajaran, dengan sub pokok bahasan Pengertian Metode Pembelajaran, Pertimbangan Memilih Metode Pembelajaran, Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran, dan Kedudukan Metode Dalam Pembelajaran. Kedua, tentang metode bermain peran, dengan sub pokok bahasan: Pengertian metode bermain peran, tujuan metode bermain peran, Prinsip-prinsip Metode bermain peran, Aspek-aspek  Dalam bermain peran, Langkah-langkah dalam pelaksanaan metode bermain peran, Variasi dalam Metode bermain peran, Teknik dalam bermain peran dan kebaikan serta kelemahan metode bermain peran. Ketiga Tinjauan tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya, yang meliputi Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia, Sumber materi Bahasa Indonesia, Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Keempat Kekreatifan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Bab Ketiga : Berisi Metode Penelitian, yamg menjelaskan tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Dan Tahap tahap  Penelitian.
Bab Keempat : Berisi Paparan Hasil Penelitian tentang paparan (deskripsi) sejumlah data empiris yang diperoleh melalui studi lapangan. Mencakup gambaran umum obyek penelitian di SD Yamastho Surabaya, dengan sub bagian: sejarah berdirinya SD Yamastho Surabaya, Letak Geografis, Profil SD Yamastho Surabaya, Tujuan, Visi, dan Misi SD Yamastho Surabaya, stuktur organisasi sekolah,  keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, Unit-unit Pendidikan, Sarana dan prasarana SD Yamastho Surabaya, Kurikulum SD Yamastho Surabaya, Serta  penyajian data dan analisa hasil penelitian tentang intrepretasi penulis, dengan data-data  yang berhasil dihimpun. Analisa ini berfungsi untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan berkaitan dengan pelaksanaan metode bermain peran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamasto Surabaya.
Bab Kelima : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan metode bermain peran pada mata pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Yamastho Surabaya. Disamping itu akan diberikan saran-saran, serta dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
I.       Daftar Pustaka
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Munjin Nasih. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Refika Aditama
Rusman. 2009. Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru.Jakarta: Rajawali Pers
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Remaja Karya






Tidak ada komentar:

Posting Komentar