Jumat, 08 September 2017

“Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Pembelajaran Kooperatif Model TGT Pada Siswa Kelas IV SDI Yamastho Surabaya.”


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang menumbuhkan kemampuan seorang pelajar untuk melakukan pengajaran secara keseluruhan. Sebagai penentu faktor keberhasilan pendidikan, guru dapat menciptakan sumber daya manusia apakah bermutu baik atau bermutu kurang. Agar menghasilkan kualitas yang baik, maka seorang guru dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya. Sehingga dengan pribadi yang berkualitas tersebut guru dapat mengantarkan anak didik dalam menyongsong hari depan yang penuh tantangan. Salah satu peningkatan mutu guru adalah dengan mengetahui kelemahan-kelemahan ke arah yang lebih baik (Sulo, 2005: 32).

Peningkatan mutu guru tidak bisa dilakukan hanya dengan memperbaiki kurikulum, menambah buku pelajaran, dan menyediakan laboratorium di sekolah. Mutu guru itu adalah persoalan mikro pendidikan yang terkait dengan kemampuan guru, kesiapan guru, kesiapan sekolah dalam mendukung proses belajar dengan menyediakan fasilitas yang diperlukan, dan partisipasi masyarakat pendukung pendidikan yang ada diwilayahnya disertai penataan manajemen.
Guru adalah orang pertama dan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai pelaku utama yang berada di barisan terdepan dalam proses pembelajaran, maka didikan dan bimbingan, yang diberikan guru kepada peserta didik menjadi penentu dalam menghantarkan kesuksesan pendidikan.
Guru harus paham bahwa ia memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sehingga guru dapat melaksanakan fungsi sebagai guru secara tepat, selain itu guru juga harus paham bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar peserta didik yang didesain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan.
Kenyataan tersebut di atas pada umumnya sering kali dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Inggris. Apabila permasalahan tersebut tidak segera diambil tindakan penanggulangan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan dalam menentukan kebijakan dan kalancaran proses pendidikan dan pembelajaran maka niscaya siswa akan menemui kesukaran dan ketinggalan dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Inggris. Lebih-lebih pada siswa yang memang pada dasarnya mempunyai motivasi belajar yang rendah, mereka akan putus asa dan menjaga jarak dengan proses pembelajaran Bahasa Inggris.
Sebuah realitas yang patut dicermati bersama. Banyak siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya yang menemui kesulitan dalam kosa kata Bahasa Inggris walaupun soal hampir sama. Memperhatikan masalah tersebut kemampuan siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya perlu ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Games Tournaments).
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan kerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan guru (Rusman, 2011: 39).
Model TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Model ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama antar personal. Dalam pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.
Model TGT memiliki kelebihan diantaranya membuat peserta didik yang cerdas lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya. Membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada kelompok terbaik (Masdiana, 2009: 21).
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Pembelajaran Kooperatif Model TGT Pada Siswa Kelas IV SDI Yamastho Surabaya.”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui pembelajaran kooperatif model TGT pada siswa kelas IV di SDI Tholabudhin Surabaya ?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.    Untuk meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui pembelajaran kooperatif model TGT pada siswa kelas IV di SDI
2.    Tholabudhin Surabaya.

D.    Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.    Manfaat Teoritis
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.
2.    Manfaat Praktis
a.       Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah tentang kosa kata dalam Bahasa Inggris semaksimal mungkin. Hal ini merupakan salah satu tolok ukur tingkat keberhasilan KBM yang telah dilakukan bersama antara guru dan siswanya.
`          












BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Motivasi Belajar
1.      Pengertian Motivasi Belajar
a.       Pengertian Motivasi
Motivasi belajar berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif”. Motivasi menurut (Muhibbin Syah, 2001) adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Pengertian motivasi belajar menurut Para Ahli :
1)   Drs. Dalyono memaparkan bahwa motivasi adalah daya penggerak untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar (Dalyono, 2005: 55).
2)   Ngalim Purwanto mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang.
Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
b.      Pengertian Belajar
Belajar menurut (Nasution, 1992) adalah dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, 1992: 03). Pengertian belajar menurut Para Ahli :
1)   Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Sudjana, 2002: 280).
2)   Djamarah mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
3)   Slameto mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 02).
Dari pendapat Para Ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.

2.      Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Sardiman (2003 : 83) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi belajar antara lain :
a.    Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b.    Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya).
c.    Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” misalnya masalah agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentagan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral dan sebagainya.
d.   Lebih senang bekerja mandiri.
e.    Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
f.     Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
g.    Tidak mudah melepas hal yang diyakini tersebut.
h.    Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

3.      Fungsi Motivasi Belajar
Ada tiga fungsi motivasi belajar yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri, yaitu :
a.    Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b.    Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
c.    Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Yaitu dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang mendukung guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pada intinya manfaat motivasi dapat di simpulkan bahwa motivasi sebagai penggerak kegiatan, motivasi sebagai pendorong perbuatan, motivasi sebagai pengarah perbuatan dan motivasi sebagai penyeleksi perbuatan
4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, peneliti dapat memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami dan memperhatikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis, lingkungan dengan kata lain faktor intern dan ekstren.
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka (Dimyati, 2002)  mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain :
a.    Cita-Cita atau Aspirasi
Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-cita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan keperibadian individu yang akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan yang diinginkan.
b.    Kemampuan Siswa
Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya motivasi. kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin tinggi.
c.    Kondisi Siswa dan Lingkungan
Kondisis siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila kondisi stabil dan sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat. Begitu juga  dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan masyarakat) mendukung, maka motivasi pasti ada dan tidak akan menghilang.
d.   Unsur Dinamis dan Pengajaran
Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, tempat dimana seorang individu akan memperoleh pengalaman.
e.    Upaya Guru Dalam Pengajaran Siswa
Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki keterampilan.

5.      Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Menurut (Djamarah, 2002: 168) mengemukakan bahwa bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. Dari kutipan di atas, maka penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut :
a.    Memberi Angka
Memberi angka artinya sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi angka ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat memberi dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat ditingkatkan lagi.
b.    Hadiah
Hadiah adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan dianggap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
c.    Pujian
Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
d.   Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.
e.    Memberi Tugas
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.
f.     Memberi Ulangan
Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran  dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.
g.    Mengetahui Hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.
h.    Hukuman
Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan.

B.     Pembelajaran Kooperatif Model TGT
1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Menurut (Masdiana, 2009: 23) mengemukakan bahwa :
a.       Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif akan tercapai sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan anatara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan guru.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelolah kelas dengan lebih efektif. Dalam proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada peserta didik. Peserta didik dapat saling belajar sesama peserta didik lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.
b.      Pengertian Model TGT
Menurut (Masdiana, 2009: 23) mengemukakan bahwa model TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Model ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama antar personal. Dalam pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.
Model TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif model TGT ini peserta didik sebelumnya telah belajar secara individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompok masing-masing. Kemudian mengadakan turnamen atau perlombaan dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya.

2.      Langkah-Langkah Model TGT
Menurut (Rusman, 2011: 34) bahwa ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu :
a.    Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok.
b.    Belajar Kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamain, etnik dan ras. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.
c.    Permainan
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
d.   Pertandingan atau Lomba
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik. Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e.    Penghargaan Kelompok
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

3.      Kelebihan Model TGT
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut (Rusman, 2011: 56) adalah sebagai berikut:
a.    Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
b.    Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
c.    Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
d.   Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini (Rusman, 2011: 56).

C.    Hipotesis
Sardiman (2003 : 83) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi belajar antara lain :
1.         Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2.         Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya).
3.         Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” misalnya masalah agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentagan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral dan sebagainya.
4.         Lebih senang bekerja mandiri.
5.         Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
6.         Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7.         Tidak mudah melepas hal yang diyakini tersebut.
8.         Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Menurut (Rusman, 2011: 34) bahwa ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu :
1.         Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok.
2.         Belajar Kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamain, etnik dan ras. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.
3.         Permainan
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
4.         Pertandingan atau Lomba
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik. Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5.         Penghargaan Kelompok
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

D.    Kerangka Pikir
Sebuah realitas yang patut dicermati bersama. Banyak siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya yang menemui kesulitan dalam kosa kata Bahasa Inggris walaupun soal hampir sama. Memperhatikan masalah tersebut kemampuan siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya perlu ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Games Tournaments).

Dengan model TGT diharapkan motivasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas IV SDI Tholabudhin Surabaya meningkat. Diantaranya membuat peserta didik yang cerdas lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan  mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya. Membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
.

5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu :
1.         Penyajian Kelas
2.         Belajar Kelompok
3.         Permainan
4.         Pertandingan atau Lomba
5.         Penghargaan Kelompok

 
















BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, Carr dan Kemis mengatakan bahwa PTK merupakan suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan dengan cara mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya.
Menurut Joko Suwandi (2011:5) PTK menuntut guru bersedia untuk melakukan instropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevaluasi diri sendiri sehingga kemampuannya sebagai guru diharapkan lebih profesional.

B.  Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini di SDI Tholabudhi Surabaya dengan jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah 20 siswa. Penelitian dilaksanakan terhadap kelas IV dengan jumlah anak laki-laki 10 laki-laki, dan anak perempuan 10.

C.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara (Suharsimi Arikunto, 199: 2013).
b.      Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 194: 2013).

D.  Analisis Data
Angket Motivasi Belajar
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
1
Derly
3
4
2
2
3
3
3
3
4
4
29
2
Chiko
2
4
3
3
4
4
3
3
4
4
34
3
Danian
3
2
2
3
4
4
4
3
3
4
32
4
Kiko
4
2
3
2
3
4
4
3
3
2
30
5
Chaira
3
3
3
3
2
2
4
4
3
2
37
6
Lilo
2
2
2
4
4
4
4
3
3
3
31
7
Rendra
4
2
2
2
4
4
3
3
2
3
26
8
Pino
4
4
4
4
3
3
2
2
2
3
31
9
Erika
4
4
4
4
3
2
2
2
3
4
32
10
Cila
3
3
3
3
2
2
2
4
4
4
30
11
Wingki
3
3
2
2
4
4
3
2
4
2
29
12
Cinta
2
2
4
2
4
3
2
4
3
2
28
13
Gandi
4
2
2
2
4
4
4
2
4
4
32
14
Gabrial
3
3
3
3
4
3
4
4
3
4
34
15
Rindu
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
34
16
Kiara
4
2
4
4
2
2
3
3
3
2
29
17
Coki
4
3
4
4
3
2
2
3
3
3
31
18
Tika
4
3
2
3
2
4
3
4
3
4
32
19
Tina
4
2
3
4
3
2
4
3
3
3
31
20
Dangki
4
3
3
3
2
4
4
4
2
3
32
Jumlah
68
55
58
56
49
57
59
63
62
64
624

No Soal
Frekuensi Pernyataan
Jumlah
F (a)
%
F (b)
%
F (c)
%
N
%
1
11
5,5
6
9
3
1,5
20
100%
2
5
2,5
7
3,5
8
4
20
100%
3
5
2,5
8
4
7
3,5
20
100%
4
6
3
8
4
6
3
20
100%
5
8
4
7
3,5
5
2,5
20
100%
6
9
4,5
5
2,5
6
3
20
100%
7
8
4
7
3,5
5
2,5
20
100%
8
7
3,5
9
4,5
4
2
20
100%
9
5
2,5
12
6
3
1,5
20
100%
10
9
4,5
6
3
5
2,5
20
100%
Jumlah
73
36,5
75
37,5
52
26
200
100%
           
            Prosentase A jumlah F = 73 bernilai 36,5
           
             x 100 =  36,5
Prosentase B Jumlah F = 75 bernilai 37,5
           
             x 100 =  37,5
Prosentase C  Jumlah F = 52 bernilai 26
           
             x 100 =  26
Berdasarkan standar yang telah penulis tetapkan, maka nilai 36,5 tergolong kurang karena berada 35% - 40% maka dapat disimpulkan bahwa sekolah SD Yamastho Surabaya tergolong kurang baik.
Koefisien Korelasi
No
∑ x
∑ y
∑ xy
∑ x2
∑ y2
1
29
16
464
841
256
2
34
14
474
1156
196
3
32
13
416
1024
169
4
30
16
480
900
256
5
37
15
555
1369
225
6
31
12
372
961
144
7
26
14
364
676
196
8
31
15
465
961
225
9
32
12
384
1024
144
10
30
13
390
900
169
11
29
14
406
841
196
12
28
14
392
784
196
13
32
15
480
1024
225
14
34
15
510
1156
225
15
34
14
476
1156
196
16
29
14
406
841
196
17
31
14
434
961
196
18
32
14
448
1024
196
19
31
14
434
961
196
20
32
14
448
1024
196

∑ x         = 624
∑ y         = 282
∑ xy       = 8798
∑ x2          = 19854
∑ y2           = 3998
N            = 20
R xy =
R xy =
R xy =
R xy =
R xy =
R xy =           = 0,007









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A.    Deskripsi Prasiklus
Untuk menyusun rencana penelitian tindakan kelas diperlukan beberapa persiapan yang matang. Dalam hal ini penulis berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris kelas IV agar lebih baik. Dibawah ini digambarkan rencana alur pelaksanaan tindakan kelas menggunakan metode kuis adu cepat :

1.    Pelaksanaan Motivasi Belajar Siklus I
1)      Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan analisis bersama penulis, teman sejawat dan pembimbing terhadap motivasi belajar siswa, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menganalisa masalah, dan mencari alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari :
a.       Penetapan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris dengan pokok bahasan Read The Alphabets Aloud.
b.      Menentukan teknik pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 siswa.
c.       Menetapkan pembelajaran dengan menggunakan metode TGT.
d.      Menyusun instrumen pengamatan aktivitas belajar dan penilaian motivasi belajar siswa.

2)      Pelaksanaan Tindakan 
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran :
1.    Pendahuluan.
a.    Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok masing-masing 6 siswa
b.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris
c.    Guru menjelaskan cara mencapai tujuan pembelajaran
2.    Kegiatan Inti
a.   Guru menyiapkan media pembelajaran
b.  Guru membagikan lembar kerja siswa
c.   Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu berdiskusi
d.  Guru membaca teks secara lantang dengan pengucapan dan intonasi yang sesuai sementara siswa mendengar
3.    Penutupan
a. Guru memberi evaluasi materi yang telah dipelajari.
3)      Tahap Observasi
Pada tahap ini penulis mengadakan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam proses upaya meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris. Guru bertindak sebagai moderator sekaligus pengamat.
4)      Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan selama proses upaya meningkatkan minat belajar siswa berlangsung. Data yang dikumpulkan antara lain :
1.        Aktivitas siswa saat berdiskusi.
2.        Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan saat pembelajaran.
5)      Tahap Refleksi
Pada tahap ini penulis melakukan aktivitas terhadap hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap guru dan siswa pada siklus I ini. Kemudian keberhasilan siswa, mengevaluasi tahap-tahap tindakan, menentukan hasil tindakan serta menyusun rekomendasi untuk menentukan perencanaan pada siklus II, dimana harus diteruskan atau mengulang hal yang belum berhasil.

1.      Pelaksanaan Minat Belajar Siklus II
a.      Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II ini didasarkan atas hasil refleksi dan analisis penulis terhadap proses, aktivitas dan hasil minat belajar siswa pada siklus I. Perencanaan ulang peningkatan minat belajar siklus II dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan kuis yang diberikan. Secara keseluruhan perencanaan minat belajar pada siklus II ini mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.    Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) siklus II, yang pada dasarnya sama dengan siklus I.
2.    Menyiapkan media pembelajaran.
3.    Menyusun lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi kegiatan belajar siswa dan observasi kegiatan guru.
4.    Menyusun soal evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan, hasil tes ini digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata minat belajar siswa.
5.    Menentukan kriterian keberhasilan minat belajar siswa.
Dalam siklus ini pembelajaran dikatakan berhasil jika 65% dari keseluruhan siswa dapat mencapai nilai minimal 65 dari masing-masing aspek. Ketuntasan belajar jika 65% siswa mencapai nilai minimal 65.

b.      Pelaksanaan Tindakan
Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan metode kius adu cepat :
1.        Guru menyiapkan materi dan beberapa bahan pertanyaan sesuai dengan pokok bahasan.
2.        Guru menyampaikan kepada siswa format pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3.        Guru menyampaikan batas waktu kepada untuk menjawab pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
4.        Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan batasan waktu yang telah disampaikan.
5.        Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan dan menjelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
c.       Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data ini meliputi data :
1.   Data aktivitas siswa selama model TGT berlangsung.
2.   Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan saat pembelajaran yang mencakup aspek  :
1.          Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan.
2.          Pemahaman siswa tentang pokok bahasan.
3.          Sikap siswa terhadap pemberian pertanyaan.
4.          Pemecahan masalah.
d.      Tahap Refleksi
Pada tahap ini penulis melakukan analisis terhadap hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak upaya meningkatkan minat belajar terhadap siswa. Refleksi dilakukan berdasar data yang diperoleh, catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam proses maupun dalam akhir pembelajaran. Hasil dari refleksi ini selanjutnya digunakan sebagai dasar bagi penyusunan RPP.

B.     Hasil Tes Minat
1.      Subyek tes minat adalah siswa kelas IV SD Yamastho Surabaya.
Hasil pengamatan penulis adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil pengamatan minat siswa SD Yamastho Surabaya terhadap Pelajaran Bahasa Inggris pembahasan Read The Alphabets Aloud
No
Aspek yang dinilai
Minat
1
Mampu  Membaca Alfabet dengan benar
55%
2
Mampu menjawab pertanyaan tentang alfabet dengan benar
45%

Rata – rata
50%

Jumlah seluruh siswa kelas IV SD Yamastho Surabaya ada 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Dari tabel diatas tampak motivasi belajar dalam aktivitas dan penugasan materi pembelajaran Read The Alphabets Aloud. Hal ini dibuktikan adanya perolehan data motivasi belajar yaitu :
1.      Kemampuan membaca alfhabet dengan benar 7 anak atau 55% dari 20 anak.
2.      Kemampuan menjawab pertanyaan 5 anak atau 45% dari 20 anak.
Dengan demikian hasil motivasi belajar Bahasa Inggris siklus I ini masih jauh dari harapan yaitu 50% dari kriteria yang diharapkan 65%. Sehingga perlu dilanjutkan dengan perbaikan ulang pada rencana perbaikan minat belajar siklus II. Sementara itu hasil motivasi belajar dengan model TGT di SD Yamastho Surabaya tentang pokok bahasan Read The Alphabets Aloud adalah seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Hasil model TGT siswa SD Yamastho Surabaya :
No
Pernyataan
Prosentase
1
Keberanian
35
2
Pemahaman
30
3
Sikap
15

Jumlah
80

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa siswa yang mencapai motivasi belajar belajar hanya 65 atau dari 55 % dari seluruh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan walaupun kecil sebanding sebelum ada motivasi, tapi perlu diulang pada siklus II.
Dari tabel diatas tampak bahwa minat belajar siswa dalam aktivitas belajar mengalami peningkatan tajam dari rata-rata 55% menjadi rata-rata 65% , namun demikian baru dapat dikatakan memenuhi ketercapaian.
Hasil pengamatan model TGT sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil model TGT siswa kelas IV SD Yamastho Surabaya
No
Nama Siswa
Aspek I
Aspek II
Aspek III
Rata –rata
1
Dherly
35
30
15
80
2
Chiko
30
25
10
65
3
Danian
30
25
15
70
4
Kiko
25
25
15
65
5
Chaira
25
30
10
65
6
Lilo
30
30
15
75
7
Rendra
35
30
15
80
8
Pino
25
30
15
70
9
Erica
30
30
15
75
10
cila
35
25
15
75
11
wingki
25
30
15
70
12
Cinta
35
25
10
70
13
Gandi
35
30
15
80
14
Gabrial
35
30
15
80
15
Rindu
25
25
15
65
16
Kiara
28
26
12
66
17
koki
29
26
12
67
18
Tika
27
30
15
72
19
Tina
22
30
15
67
20
Dangki
24
30
15
69

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang mencapai minat belajar meningkat dari 20 hingga 20 siswa atau dari 55% hingga menjadi 65%, hal ini membuktikan adanya peningkatan yang sangat tajam hingga mencapai 100%.
Demikian hasil motivasi belajar pada siklus II ini telah mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditetapkan yaitu nilai minimal 65% dari seluruh siswa kelas IV.
1.      Pembahasan
Pada siklus I dan II hasil motivasi belajar menunjukkan peningkatan siswa dalam motivasi belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Read The Alphabets Aloud yang diberikan guru dengan model TGT dan hasilnya mengalami peningkatan yang cukup bagus, hal ini karena terlihat siswa lebih aktif mau menunjukkan keberanian dan pemahamannya saat diberi pertanyaan. Pada siklus II siswa benar-benar sudah mengalami kemajuan. Pada tindakan siklus I guru melakukan tes pengamatan motivasi dan hasilnya rata-rata terhadap beberapa aspek mencapai 55% sedangkan pada siklus II ada peningkatan mencapai 100% dari seluruh siswa, semua siswa bahkan dapat mencapai nilai minimal 65 dibawah itu tidak ada.
Dengan demikian motivasi belajar siswa mulai siklus I sampai siklus II telah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan kriteria yang ingin dicapai.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kegiatan pengamatan minat belajar matematika yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Motivasi belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Read The Alphabets Aloud siswa kelas IV SD Yamastho Surabaya dapat ditingkatkan dengan menggunakan model TGT.
2.      Guru yang selalu mengadakan upaya peningkatan motivasi dapat ditingkatkan motivasi belajar siswa – siswinya.

B.     Saran
1.      Kepada para guru kelas atau guru Bahasa Inggris dalam pelaksanaan pembelajaran perlu direncanakan dengan matang dibutuhkan kreatifitas dan inovasi terus menerus untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
2.      Agar dapat mencapai hasil motivasi belajar yang maksimal diperlukan berbagai macam strategi dan model pembelajaran yang sesuai.
3.      Kepada para penulis yang lain yang kebetulan menggunakan model yang sama dengan model ini disarankan agar dapat melakukan pada pokok bahasan yang lain.






DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Remaja Karya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar