BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam dunia
pendidikan proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang menumbuhkan
kemampuan seorang pelajar untuk melakukan pengajaran secara keseluruhan.
Sebagai penentu faktor keberhasilan pendidikan, guru dapat menciptakan sumber
daya manusia apakah bermutu baik atau bermutu kurang. Agar menghasilkan
kualitas yang baik, maka seorang guru dituntut untuk meningkatkan kualitas
dirinya. Sehingga dengan pribadi yang berkualitas tersebut guru dapat
mengantarkan anak didik dalam menyongsong hari
depan yang penuh tantangan. Salah satu peningkatan mutu guru adalah dengan mengetahui kelemahan-kelemahan
ke arah yang lebih baik (Sulo, 2005: 32).
Peningkatan
mutu guru tidak bisa dilakukan hanya
dengan memperbaiki kurikulum, menambah buku pelajaran, dan menyediakan
laboratorium di sekolah. Mutu guru itu
adalah persoalan mikro pendidikan yang terkait dengan kemampuan guru, kesiapan
guru, kesiapan sekolah dalam mendukung proses belajar dengan menyediakan
fasilitas yang diperlukan, dan partisipasi masyarakat pendukung pendidikan yang
ada diwilayahnya disertai penataan manajemen.
Guru
adalah orang pertama dan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai
pelaku utama yang berada di barisan terdepan dalam proses pembelajaran, maka
didikan dan bimbingan, yang diberikan guru kepada peserta didik menjadi penentu
dalam menghantarkan kesuksesan pendidikan.
Guru
harus paham bahwa ia memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sehingga guru
dapat melaksanakan fungsi sebagai guru secara tepat, selain itu guru juga harus
paham bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini berarti
bahwa pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Guru sebagai
pengajar merupakan pencipta kondisi belajar peserta didik yang didesain secara
sengaja, sistematis, dan berkesinambungan.
Kenyataan tersebut di atas pada umumnya sering kali
dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa
Inggris. Apabila permasalahan tersebut tidak segera diambil tindakan
penanggulangan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan dalam menentukan
kebijakan dan kalancaran proses pendidikan dan
pembelajaran maka niscaya siswa akan menemui kesukaran dan ketinggalan dalam
mengikuti proses pembelajaran Bahasa
Inggris. Lebih-lebih pada siswa
yang memang pada dasarnya mempunyai motivasi belajar yang rendah, mereka akan putus asa
dan menjaga jarak dengan
proses pembelajaran Bahasa Inggris.
Sebuah
realitas yang patut dicermati bersama. Banyak siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya yang menemui
kesulitan dalam kosa kata Bahasa Inggris walaupun soal hampir sama.
Memperhatikan masalah tersebut kemampuan siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya
perlu ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Games Tournaments).
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran
dengan cara peserta didik belajar dan kerja dalam kelompok-kelompok kecil serta
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif akan
tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang
dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
dan peserta didik dengan guru (Rusman, 2011: 39).
Model TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries
dan Keith Edward. Model ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar
kelompok dengan mengembangkan kerja sama antar personal. Dalam pembelajaran TGT
peserta didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru
dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Kadang-kadang juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.
Model TGT memiliki kelebihan diantaranya membuat peserta
didik yang cerdas lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi yang berkemampuan
akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam
kelompoknya. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota
kelompoknya. Membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Karena, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada kelompok terbaik (Masdiana,
2009: 21).
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka peneliti akan
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya
dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Pembelajaran
Kooperatif Model TGT Pada Siswa Kelas IV SDI Yamastho Surabaya.”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana cara
meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui pembelajaran kooperatif
model TGT pada siswa kelas IV di SDI Tholabudhin Surabaya ?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1.
Untuk meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui pembelajaran kooperatif model TGT
pada siswa kelas IV di SDI
2.
Tholabudhin
Surabaya.
D.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Manfaat Teoritis
a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah tentang
kosa kata dalam Bahasa Inggris semaksimal mungkin. Hal ini merupakan salah satu
tolok ukur tingkat keberhasilan KBM yang telah dilakukan bersama antara guru
dan siswanya.
`
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Motivasi
Belajar
1.
Pengertian
Motivasi Belajar
a. Pengertian
Motivasi
Motivasi
belajar berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang
telah menjadi aktif”. Motivasi menurut (Muhibbin Syah, 2001)
adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Pengertian
motivasi belajar menurut Para Ahli :
1) Drs.
Dalyono memaparkan bahwa motivasi adalah daya penggerak untuk melakukan sesuatu
pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar (Dalyono, 2005:
55).
2) Ngalim
Purwanto mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di
dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau
perangsang.
Dengan
demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya
percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
b. Pengertian
Belajar
Belajar
menurut (Nasution, 1992) adalah dapat
diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya suatu tingkah laku
sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan
atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan
atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, 1992: 03).
Pengertian belajar menurut Para Ahli :
1) Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang
(Sudjana, 2002: 280).
2) Djamarah
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
3) Slameto
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 02).
Dari
pendapat Para Ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah
sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu
dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
2.
Ciri-Ciri
Motivasi Belajar
Sardiman (2003 : 83) mengemukakan bahwa ciri-ciri
orang yang mempunyai motivasi belajar antara lain :
a. Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai).
b. Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan
dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi
yang dicapainya).
c. Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” misalnya masalah
agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentagan terhadap
setiap tindakan kriminal, amoral dan sebagainya.
d. Lebih
senang bekerja mandiri.
e. Cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
f. Dapat
mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
g. Tidak
mudah melepas hal yang diyakini tersebut.
h. Senang
mencari dan memecahkan soal-soal.
3.
Fungsi
Motivasi Belajar
Ada
tiga fungsi motivasi belajar yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri, yaitu :
a. Motivasi
Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada
mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang
dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan rasa
keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap inilah
yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar.
Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang
seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b. Motivasi
Sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan
psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan
yang tak terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan
raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan
kehendak perbuatan belajar.
c. Motivasi
Sebagai Pengarah Perbuatan
Yaitu
dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang mendukung
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pada
intinya manfaat motivasi dapat di simpulkan bahwa motivasi sebagai
penggerak kegiatan, motivasi sebagai pendorong perbuatan, motivasi sebagai
pengarah perbuatan dan motivasi sebagai penyeleksi perbuatan
4.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Adanya
berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, peneliti dapat
memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang
proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus
benar-benar memahami dan memperhatikan dan melaksanakan proses belajar mengajar
harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis, lingkungan dengan
kata lain faktor intern dan ekstren.
Terkait
dengan hal tersebut di atas, maka (Dimyati, 2002) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar antara lain :
a. Cita-Cita
atau Aspirasi
Cita-cita
merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-cita merupakan
angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut
dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu
tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan
keperibadian individu yang akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih
cita-cita atau kegiatan yang diinginkan.
b. Kemampuan
Siswa
Kemampuan
dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya motivasi. kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga dorongan yang ada pada
diri individu akan makin tinggi.
c. Kondisi
Siswa dan Lingkungan
Kondisis
siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila kondisi stabil dan sehat maka
motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat. Begitu juga
dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan masyarakat) mendukung, maka
motivasi pasti ada dan tidak akan menghilang.
d. Unsur
Dinamis dan Pengajaran
Dinamis
artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar,
tempat dimana seorang individu akan memperoleh pengalaman.
e. Upaya
Guru Dalam Pengajaran Siswa
Guru
adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai peranan penting
dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki
keterampilan.
5.
Bentuk-Bentuk
Motivasi Belajar
Menurut (Djamarah, 2002: 168) mengemukakan bahwa bentuk
motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah memberi angka, hadiah, pujian,
gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. Dari kutipan di atas,
maka penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut :
a. Memberi
Angka
Memberi
angka artinya sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam
memberi angka ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang
bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat memberi dorongan
atau motivasi agar hasilnya dapat ditingkatkan lagi.
b. Hadiah
Hadiah
adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang
berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat
(motivasi) belajar siswa karena akan dianggap sebagai suatu penghargaan yang
sangat berharga bagi siswa.
c. Pujian
Memberikan
pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh
setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan
kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
d. Gerakan
Tubuh
Gerakan
tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat
suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan
tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak
suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.
e. Memberi
Tugas
Tugas
merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian
tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak
didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.
f. Memberi
Ulangan
Ulangan
adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil
pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk
mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.
g. Mengetahui
Hasil
Rasa
ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang
ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan
yang dilakukannya.
h. Hukuman
Dalam
proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan
kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan
perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan.
B.
Pembelajaran
Kooperatif Model TGT
1.
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Menurut (Masdiana, 2009: 23) mengemukakan bahwa :
a. Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif akan tercapai sebuah interaksi yang lebih luas,
yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan anatara guru dengan peserta
didik, peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan guru.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar
pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelolah
kelas dengan lebih efektif. Dalam proses pembelajaran tidak harus belajar dari
guru kepada peserta didik. Peserta didik dapat saling belajar sesama peserta
didik lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif dari pada
pembelajaran oleh guru.
b. Pengertian
Model TGT
Menurut (Masdiana, 2009: 23) mengemukakan bahwa model TGT
dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Model ini
merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja
sama antar personal. Dalam pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka
masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang
juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.
Model
TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta
didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Dalam pembelajaran
kooperatif model TGT ini peserta didik sebelumnya telah belajar secara
individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompok masing-masing.
Kemudian mengadakan turnamen atau perlombaan dengan anggota kelompok lainnya
sesuai dengan tingkat kemampuannya.
2.
Langkah-Langkah
Model TGT
Menurut (Rusman, 2011: 34) bahwa ada
5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu :
a. Penyajian
Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang
LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran
langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan
pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan
skor kelompok.
b. Belajar
Kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan kriteria kemampuan peserta didik dari ulangan harian sebelumnya,
jenis kelamain, etnik dan ras. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan. Setelah guru
memberikan penyajian kelas, kelompok bertugas untuk mempelajari lembar kerja.
Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan
masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.
c. Permainan
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan
game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game
atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta
didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih
kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.
Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini
yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
d. Pertandingan
atau Lomba
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana
game atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir
minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik. Turnamen atau lomba
pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba.
Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e. Penghargaan
Kelompok
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian
mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika
rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai
50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat
menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.
3.
Kelebihan Model TGT
Kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut
(Rusman, 2011: 56) adalah sebagai berikut:
a.
Model TGT tidak hanya membuat peserta didik
yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran,
tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan
mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
b.
Dengan model pembelajaran ini, akan
menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
c.
Dalam model pembelajaran ini, membuat
peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam
pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau
kelompok terbaik.
d.
Dalam pembelajaran peserta didik ini
membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada
kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini (Rusman, 2011: 56).
C.
Hipotesis
Sardiman (2003 : 83) mengemukakan bahwa ciri-ciri
orang yang mempunyai motivasi belajar antara lain :
1.
Tekun menghadapi tugas (dapat
bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2.
Ulet menghadapi kesulitan
(tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya).
3.
Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” misalnya masalah agama, politik,
ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentagan terhadap setiap tindakan
kriminal, amoral dan sebagainya.
4.
Lebih senang bekerja mandiri.
5.
Cepat bosan pada tugas-tugas
yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga
kurang kreatif).
6.
Dapat mempertahankan
pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7.
Tidak mudah melepas hal yang
diyakini tersebut.
8.
Senang mencari dan memecahkan
soal-soal.
Menurut (Rusman, 2011: 34) bahwa ada
5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu :
1.
Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang
LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu
peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok.
2.
Belajar Kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan kriteria kemampuan peserta didik dari ulangan harian sebelumnya,
jenis kelamain, etnik dan ras. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan. Setelah guru
memberikan penyajian kelas, kelompok bertugas untuk mempelajari lembar kerja.
Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah,
membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep
temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.
3.
Permainan
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan
game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game
atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta
didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih
kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.
Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini
yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
4.
Pertandingan atau Lomba
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana
game atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir
minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik. Turnamen atau lomba
pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba.
Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5.
Penghargaan Kelompok
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian
mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika
rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai
50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat
menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.
D.
Kerangka Pikir
Sebuah
realitas yang patut dicermati bersama. Banyak siswa kelas IV SDI Yamastho Surabaya yang
menemui kesulitan dalam kosa kata Bahasa Inggris walaupun soal hampir sama.
Memperhatikan masalah tersebut kemampuan siswa kelas IV SDI Yamastho
Surabaya perlu ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan motivasi belajar
siswa melalui pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Games Tournaments).
|
Dengan model TGT diharapkan motivasi belajar Bahasa
Inggris siswa kelas IV SDI Tholabudhin Surabaya meningkat. Diantaranya
membuat peserta didik yang cerdas lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi
yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam
kelompoknya. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama
anggota kelompoknya. Membuat peserta didik lebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran.
.
|
5
komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu :
1.
Penyajian Kelas
2.
Belajar Kelompok
3.
Permainan
4.
Pertandingan atau Lomba
5.
Penghargaan Kelompok
|
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, Carr dan Kemis mengatakan bahwa PTK
merupakan suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan
dengan cara mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri,
agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya.
Menurut Joko Suwandi (2011:5) PTK menuntut guru bersedia untuk melakukan instropeksi, bercermin,
merefleksi atau mengevaluasi diri sendiri sehingga kemampuannya sebagai guru
diharapkan lebih profesional.
B.
Lokasi
dan Subjek Penelitian
Lokasi
penelitian ini di SDI Tholabudhi
Surabaya dengan jumlah siswa yang menjadi subjek
penelitian ini adalah 20
siswa. Penelitian
dilaksanakan terhadap kelas IV dengan jumlah anak laki-laki
10 laki-laki, dan anak perempuan 10.
C.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data yang digunakan untuk mengumpulkan data dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian
penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan
rekaman suara (Suharsimi Arikunto, 199: 2013).
b. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 194: 2013).
D.
Analisis Data
Angket Motivasi Belajar
No
|
Nama
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Jumlah
|
1
|
Derly
|
3
|
4
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
29
|
2
|
Chiko
|
2
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
34
|
3
|
Danian
|
3
|
2
|
2
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4
|
32
|
4
|
Kiko
|
4
|
2
|
3
|
2
|
3
|
4
|
4
|
3
|
3
|
2
|
30
|
5
|
Chaira
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
4
|
4
|
3
|
2
|
37
|
6
|
Lilo
|
2
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
31
|
7
|
Rendra
|
4
|
2
|
2
|
2
|
4
|
4
|
3
|
3
|
2
|
3
|
26
|
8
|
Pino
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
31
|
9
|
Erika
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
4
|
32
|
10
|
Cila
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
30
|
11
|
Wingki
|
3
|
3
|
2
|
2
|
4
|
4
|
3
|
2
|
4
|
2
|
29
|
12
|
Cinta
|
2
|
2
|
4
|
2
|
4
|
3
|
2
|
4
|
3
|
2
|
28
|
13
|
Gandi
|
4
|
2
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
32
|
14
|
Gabrial
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
34
|
15
|
Rindu
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
4
|
34
|
16
|
Kiara
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
2
|
29
|
17
|
Coki
|
4
|
3
|
4
|
4
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
31
|
18
|
Tika
|
4
|
3
|
2
|
3
|
2
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
32
|
19
|
Tina
|
4
|
2
|
3
|
4
|
3
|
2
|
4
|
3
|
3
|
3
|
31
|
20
|
Dangki
|
4
|
3
|
3
|
3
|
2
|
4
|
4
|
4
|
2
|
3
|
32
|
Jumlah
|
68
|
55
|
58
|
56
|
49
|
57
|
59
|
63
|
62
|
64
|
624
|
No
Soal
|
Frekuensi
Pernyataan
|
Jumlah
|
||||||
F
(a)
|
%
|
F
(b)
|
%
|
F
(c)
|
%
|
N
|
%
|
|
1
|
11
|
5,5
|
6
|
9
|
3
|
1,5
|
20
|
100%
|
2
|
5
|
2,5
|
7
|
3,5
|
8
|
4
|
20
|
100%
|
3
|
5
|
2,5
|
8
|
4
|
7
|
3,5
|
20
|
100%
|
4
|
6
|
3
|
8
|
4
|
6
|
3
|
20
|
100%
|
5
|
8
|
4
|
7
|
3,5
|
5
|
2,5
|
20
|
100%
|
6
|
9
|
4,5
|
5
|
2,5
|
6
|
3
|
20
|
100%
|
7
|
8
|
4
|
7
|
3,5
|
5
|
2,5
|
20
|
100%
|
8
|
7
|
3,5
|
9
|
4,5
|
4
|
2
|
20
|
100%
|
9
|
5
|
2,5
|
12
|
6
|
3
|
1,5
|
20
|
100%
|
10
|
9
|
4,5
|
6
|
3
|
5
|
2,5
|
20
|
100%
|
Jumlah
|
73
|
36,5
|
75
|
37,5
|
52
|
26
|
200
|
100%
|
Prosentase
A jumlah F = 73 bernilai 36,5
Prosentase
B Jumlah F = 75 bernilai 37,5
Prosentase
C Jumlah F = 52 bernilai 26
Berdasarkan
standar yang telah penulis tetapkan, maka nilai 36,5 tergolong kurang karena
berada 35% - 40% maka dapat disimpulkan bahwa sekolah SD Yamastho Surabaya
tergolong kurang baik.
Koefisien
Korelasi
No
|
∑
x
|
∑
y
|
∑
xy
|
∑
x2
|
∑
y2
|
1
|
29
|
16
|
464
|
841
|
256
|
2
|
34
|
14
|
474
|
1156
|
196
|
3
|
32
|
13
|
416
|
1024
|
169
|
4
|
30
|
16
|
480
|
900
|
256
|
5
|
37
|
15
|
555
|
1369
|
225
|
6
|
31
|
12
|
372
|
961
|
144
|
7
|
26
|
14
|
364
|
676
|
196
|
8
|
31
|
15
|
465
|
961
|
225
|
9
|
32
|
12
|
384
|
1024
|
144
|
10
|
30
|
13
|
390
|
900
|
169
|
11
|
29
|
14
|
406
|
841
|
196
|
12
|
28
|
14
|
392
|
784
|
196
|
13
|
32
|
15
|
480
|
1024
|
225
|
14
|
34
|
15
|
510
|
1156
|
225
|
15
|
34
|
14
|
476
|
1156
|
196
|
16
|
29
|
14
|
406
|
841
|
196
|
17
|
31
|
14
|
434
|
961
|
196
|
18
|
32
|
14
|
448
|
1024
|
196
|
19
|
31
|
14
|
434
|
961
|
196
|
20
|
32
|
14
|
448
|
1024
|
196
|
∑
x = 624
∑
y = 282
∑
xy = 8798
∑
x2 = 19854
∑
y2 = 3998
N = 20
R
xy =
R
xy =
R
xy =
R
xy =
R
xy =
R
xy =
= 0,007
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A.
Deskripsi
Prasiklus
Untuk menyusun rencana penelitian
tindakan kelas diperlukan beberapa persiapan yang matang. Dalam hal ini penulis
berupaya untuk meningkatkan motivasi
belajar Bahasa Inggris kelas
IV agar lebih baik.
Dibawah ini digambarkan rencana alur pelaksanaan tindakan kelas menggunakan
metode kuis adu cepat :
1.
Pelaksanaan
Motivasi
Belajar
Siklus I
1)
Perencanaan
Tindakan
Pada
tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan analisis bersama
penulis, teman sejawat dan pembimbing terhadap motivasi belajar siswa, mengidentifikasi
masalah, merumuskan masalah, menganalisa masalah, dan mencari alternatif
pemecahan masalah. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyusun
perangkat pembelajaran yang terdiri dari :
a. Penetapan
tujuan pembelajaran Bahasa Inggris dengan pokok bahasan Read The Alphabets Aloud.
b. Menentukan
teknik pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 siswa.
c. Menetapkan
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT.
d. Menyusun
instrumen pengamatan aktivitas belajar dan penilaian motivasi belajar siswa.
2)
Pelaksanaan
Tindakan
Berikut
ini langkah-langkah pembelajaran :
1. Pendahuluan.
a. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok masing-masing 6
siswa
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris
c. Guru menjelaskan cara mencapai tujuan pembelajaran
2. Kegiatan
Inti
a. Guru menyiapkan media pembelajaran
b. Guru membagikan lembar kerja siswa
c. Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu berdiskusi
d. Guru membaca teks secara lantang dengan pengucapan dan
intonasi yang sesuai sementara siswa mendengar
3. Penutupan
a. Guru
memberi evaluasi materi yang telah dipelajari.
3)
Tahap
Observasi
Pada
tahap ini penulis mengadakan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam proses
upaya meningkatkan motivasi
belajar Bahasa Inggris. Guru bertindak
sebagai moderator sekaligus pengamat.
4)
Pengumpulan
Data
Pada
tahap ini penulis melakukan pengamatan selama proses upaya meningkatkan minat
belajar siswa berlangsung. Data yang dikumpulkan antara lain :
1.
Aktivitas siswa saat berdiskusi.
2.
Kemampuan siswa dalam
menjawab pertanyaan saat pembelajaran.
5)
Tahap
Refleksi
Pada
tahap ini penulis melakukan aktivitas terhadap hasil-hasil yang telah dicapai,
kendala dan dampak upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap guru dan
siswa pada siklus I ini. Kemudian keberhasilan siswa, mengevaluasi tahap-tahap
tindakan, menentukan hasil tindakan serta menyusun rekomendasi untuk menentukan
perencanaan pada siklus II, dimana harus diteruskan atau mengulang hal yang
belum berhasil.
1.
Pelaksanaan
Minat Belajar Siklus II
a.
Perencanaan
Tindakan
Pelaksanaan
siklus II ini didasarkan atas hasil refleksi dan analisis penulis terhadap
proses, aktivitas dan hasil minat belajar siswa pada siklus I. Perencanaan
ulang peningkatan minat belajar siklus II dilakukan untuk meningkatkan
aktivitas siswa dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan kuis yang diberikan.
Secara keseluruhan perencanaan minat belajar pada siklus II ini mencakup
hal-hal sebagai berikut :
1. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) siklus II, yang pada dasarnya sama
dengan siklus I.
2. Menyiapkan
media pembelajaran.
3. Menyusun
lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi kegiatan belajar siswa dan
observasi kegiatan guru.
4. Menyusun
soal evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan, hasil tes ini digunakan untuk
mengetahui nilai rata-rata minat belajar siswa.
5. Menentukan
kriterian keberhasilan minat belajar siswa.
Dalam
siklus ini pembelajaran dikatakan berhasil jika 65% dari keseluruhan siswa
dapat mencapai nilai minimal 65 dari masing-masing aspek. Ketuntasan belajar jika
65% siswa mencapai nilai minimal 65.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Berikut
ini langkah-langkah pelaksanaan metode kius adu cepat :
1.
Guru menyiapkan materi
dan beberapa bahan pertanyaan sesuai dengan pokok bahasan.
2.
Guru menyampaikan
kepada siswa format pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3.
Guru menyampaikan batas
waktu kepada untuk menjawab pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
4.
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan batasan waktu yang telah
disampaikan.
5.
Akhiri pembelajaran
dengan menyimpulkan dan menjelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
c.
Pengumpulan Data
Tahap
pengumpulan data ini meliputi data :
1. Data
aktivitas siswa selama model TGT
berlangsung.
2. Kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan saat pembelajaran
yang mencakup aspek :
1.
Keberanian siswa dalam
menjawab pertanyaan.
2.
Pemahaman siswa tentang
pokok bahasan.
3.
Sikap siswa terhadap
pemberian pertanyaan.
4.
Pemecahan masalah.
d.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini penulis
melakukan analisis terhadap hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak
upaya meningkatkan minat belajar terhadap siswa. Refleksi dilakukan berdasar
data yang diperoleh, catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam
proses maupun dalam akhir pembelajaran. Hasil dari refleksi ini selanjutnya
digunakan sebagai dasar bagi penyusunan RPP.
B.
Hasil Tes Minat
1. Subyek
tes minat adalah siswa kelas IV
SD Yamastho Surabaya.
Hasil pengamatan
penulis adalah sebagai berikut :
Tabel
4.1
Hasil pengamatan
minat siswa SD Yamastho
Surabaya terhadap Pelajaran Bahasa Inggris
pembahasan Read The
Alphabets Aloud
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Minat
|
1
|
Mampu
Membaca Alfabet dengan benar
|
55%
|
2
|
Mampu
menjawab pertanyaan tentang alfabet
dengan benar
|
45%
|
|
Rata
– rata
|
50%
|
Jumlah seluruh siswa kelas IV SD
Yamastho Surabaya ada 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10
siswa perempuan. Dari tabel diatas tampak motivasi belajar dalam aktivitas dan
penugasan materi pembelajaran Read The
Alphabets Aloud. Hal ini dibuktikan adanya perolehan data motivasi belajar
yaitu :
1. Kemampuan
membaca alfhabet dengan benar
7 anak atau 55% dari 20 anak.
2. Kemampuan
menjawab pertanyaan 5 anak atau 45% dari 20 anak.
Dengan demikian hasil motivasi belajar
Bahasa Inggris siklus I ini masih jauh dari harapan yaitu 50% dari kriteria
yang diharapkan 65%. Sehingga perlu dilanjutkan dengan perbaikan ulang pada
rencana perbaikan minat belajar siklus II. Sementara itu hasil motivasi belajar
dengan model TGT di SD Yamastho Surabaya tentang pokok bahasan Read The Alphabets Aloud adalah seperti
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Hasil
model TGT siswa SD Yamastho Surabaya :
No
|
Pernyataan
|
Prosentase
|
1
|
Keberanian
|
35
|
2
|
Pemahaman
|
30
|
3
|
Sikap
|
15
|
|
Jumlah
|
80
|
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa siswa yang
mencapai motivasi belajar belajar hanya 65 atau dari 55 % dari seluruh siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan walaupun kecil sebanding sebelum ada motivasi,
tapi perlu diulang pada siklus II.
Dari tabel diatas tampak bahwa minat
belajar siswa dalam aktivitas belajar mengalami peningkatan tajam dari
rata-rata 55% menjadi rata-rata 65% , namun demikian baru dapat dikatakan
memenuhi ketercapaian.
Hasil
pengamatan model TGT sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil
model TGT siswa kelas IV SD Yamastho Surabaya
No
|
Nama Siswa
|
Aspek I
|
Aspek II
|
Aspek III
|
Rata –rata
|
1
|
Dherly
|
35
|
30
|
15
|
80
|
2
|
Chiko
|
30
|
25
|
10
|
65
|
3
|
Danian
|
30
|
25
|
15
|
70
|
4
|
Kiko
|
25
|
25
|
15
|
65
|
5
|
Chaira
|
25
|
30
|
10
|
65
|
6
|
Lilo
|
30
|
30
|
15
|
75
|
7
|
Rendra
|
35
|
30
|
15
|
80
|
8
|
Pino
|
25
|
30
|
15
|
70
|
9
|
Erica
|
30
|
30
|
15
|
75
|
10
|
cila
|
35
|
25
|
15
|
75
|
11
|
wingki
|
25
|
30
|
15
|
70
|
12
|
Cinta
|
35
|
25
|
10
|
70
|
13
|
Gandi
|
35
|
30
|
15
|
80
|
14
|
Gabrial
|
35
|
30
|
15
|
80
|
15
|
Rindu
|
25
|
25
|
15
|
65
|
16
|
Kiara
|
28
|
26
|
12
|
66
|
17
|
koki
|
29
|
26
|
12
|
67
|
18
|
Tika
|
27
|
30
|
15
|
72
|
19
|
Tina
|
22
|
30
|
15
|
67
|
20
|
Dangki
|
24
|
30
|
15
|
69
|
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang
mencapai minat belajar meningkat dari 20 hingga 20 siswa atau dari 55% hingga
menjadi 65%, hal ini membuktikan adanya peningkatan yang sangat tajam hingga
mencapai 100%.
Demikian hasil motivasi belajar pada
siklus II ini telah mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan
tujuan atau kriteria yang ditetapkan yaitu nilai minimal 65% dari seluruh siswa
kelas IV.
1.
Pembahasan
Pada siklus I dan II hasil motivasi belajar menunjukkan
peningkatan siswa dalam motivasi
belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Read The Alphabets Aloud
yang diberikan guru dengan model TGT dan
hasilnya mengalami peningkatan yang cukup bagus, hal ini karena terlihat siswa
lebih aktif mau menunjukkan keberanian dan pemahamannya saat diberi pertanyaan.
Pada siklus II siswa benar-benar sudah mengalami kemajuan. Pada tindakan siklus I
guru melakukan tes pengamatan motivasi dan
hasilnya rata-rata
terhadap beberapa aspek mencapai 55% sedangkan pada siklus II ada peningkatan
mencapai 100% dari seluruh siswa, semua siswa bahkan dapat mencapai nilai
minimal 65 dibawah itu tidak ada.
Dengan demikian motivasi belajar siswa
mulai siklus I sampai siklus II telah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai
dengan kriteria yang ingin dicapai.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan kegiatan pengamatan minat belajar matematika yang telah dilakukan
oleh penulis, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Motivasi belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Read The Alphabets Aloud
siswa kelas IV SD Yamastho Surabaya dapat
ditingkatkan dengan menggunakan model
TGT.
2. Guru
yang selalu mengadakan upaya peningkatan motivasi
dapat ditingkatkan motivasi belajar
siswa – siswinya.
B.
Saran
1. Kepada
para guru kelas atau guru Bahasa Inggris
dalam pelaksanaan pembelajaran perlu direncanakan dengan matang dibutuhkan
kreatifitas dan inovasi terus menerus untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
2. Agar
dapat mencapai hasil motivasi
belajar yang maksimal diperlukan berbagai macam strategi dan model pembelajaran yang
sesuai.
3. Kepada
para penulis yang lain yang kebetulan menggunakan model yang sama dengan model ini disarankan agar
dapat melakukan pada pokok bahasan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto
Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono.
2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Remaja Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar