Model Penelitian Tindakan Kelas
Di
Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Penelitian Tindakan Kelas”
Dosen Pembimbing :
Hanik Yuni Alfiyah, M.Pdi
![]() |
Oleh :
1. Rizki
Annur Ifnajaya (201305260025)
2. Sita
Anggraeni (201305260027)
3. Dianita
Maulidiyani (201305260048)
4. Fitri
Ika Andriyani (201305260049)
5. Rahayu
Kurnia (201305260066)
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
SUNAN GIRI
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah yang
maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Alhamdulillah berkat rahmat, taufiq, hidayah, serta inayahnya kami dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Model Penelitian Tindakan
Kelas”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah abadikan kepada baginda
besar Nabi Muhammad SAW, karena dengan perjuangan beliau kita bisa merasakan
indahnya dunia, hidup dalam naunga
Kepada pembaca yang budiman, jika
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam makalah ini, kami pribadi meminta maaf , karna
kami masih dalam tahap belajar, tak lupa kami mengucapkan terimahkasih kepada semua pembacan islam
serta agama paling di ridhoi oleh Allah SWT.
Selanjutnya,
kritik serta saran dari pembaca sangat kami harapkan.
Sidoarjo, 25 Maret 2016
Penulis,
DAFTAR
ISI
COVER.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang............................................................................. 1
1.2
Rumusam Masalah....................................................................... 2
1.3
Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas.................................... 3
2.2 Model Penelitian Tindakan Kelas................................................ 7
BAB III PENUTUP................................................................................................. 11
3.1
Simpulan...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
tahun 1980 Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) berhasil merumuskan
persyaratan kemampuan bagi guru. Menurut P3G ada sepuluh kemampuan yang diperlukan
bagi seorang guru yang profesional. Meskipun demikian dijelaskan pula P3G bahwa
bukan hanya kemampuan profesional yang diperlukan bagi guru yang sangat
demikian, melainkan diperlukan juga kemampuan lain yaitu kemampuan pribadi dan
kemampuan sosial. Secara keseluruhan tiga kemampuan tersebut dikenal dengan
sebutan “Tiga Rumpun Kompetensi Guru” dan kemampuan yang terkait dengan profesi
guru disebut “Sepuluh Kompetensi Profesional Guru”.
Dalam
Standar Nasional Pendidikan, sepuluh kompetensi tersebut disempurnakan menjadi
empat kompetensi yaitu (1) keperibadian (2) profesional (3) kependidikan (4)
sosial. Diantara butir kompetensi profesional guru tersebut yang langsung
terkait dengan kebutuhan para guru untuk promosi kenaikan pangkat dan jabatan
mulai dari golongan Iva ke atas sesuai dengan yang lama adalah kompetensi
profesional yaitu kemmpuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka
meningkatkan kualitas profesional guru, khususnya kualitas pembelajaran.
Pada
dasarnya ada beragam penelitian yang dapat dilakukan oleh guru, diantara jenis
penelitian tersebut yang diutamakan dan disarankan adalah penelitian tindakan.
Dilihat dari namanya penelitian tindakan terdapat kata tindakan artinya dalam
hal ini guru melakukan sesuatu. Arah dan tujuan penelitian tindakan yang
dilakukan oleh guru sudah jelas, yaitu demi kepentingan peserta didik dalam
memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Dikarenakan
tindakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka
harus berkaitan dengan pembelajaran. Dengan kata lain penelitian tindakan kelas
ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Namun
demikian, ada hal yang sangat perlu dipahami bahwa penelitian tindakan kelas
bukan sekadar mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung satu
pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan didasarkan atas upaya meningkatkan
hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa konsep dasar PTK ?
2) Apa model PTK menurut Kurt Lewin ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1)
Untuk mengetahui konsep dasar PTK.
2) Untuk mengetahui model PTK menurut Kurt Lewin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar PTK
Sudah lebih
dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai
dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa inggris adalah
Classroom Action Research. Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung
di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.
a.
Definisi PTK
Adapun
pengertian PTK ialah :
1.
Menurut Lewin, PTK merupakan siasat guru dalam mengaplikasikan
pembelajaran dengan berkaca pada pengalamnya sendiri atau dengan perbandingan
dari guru lain (Tahir, 2012:77).
2.
Menurut Bahri, PTK merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk memperbaiki praktek dalam
pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil belajarpun
menjadi lebih baik (Bahri, 2012:8).
3.
Menurut Suyadi, PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata
yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati
suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data
dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang
dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. kelas adalah tempat di mana sekelompok peserta didik
menerima pelajaran dari guru yang sama (Suyadi,
2012:18).
4.
Menurut Sanjaya, secara bahasa ada tiga istilah yang berkaitan dengan
penelitian tindakan kelas (PTK), yakni penelitian, tindakan, dan kelas.
Pertama, penelitian adalah suatu perlakuan yang menggunakan metologi untuk
memecahkan suatu masalah. Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan
yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu. Ketiga kelas menunjukkan pada
tempat berlangsungnya tindakan (Sanjaya, 2010:25).
5.
Menurut John Elliot, PTK adalah
peristiwa sosial dengan tujuan untuk meningkatkan kualiatas tindakan di
dalamnya. Di mana dalam proses tersebut mencakup kegiatan yang menimbulkan
hubungan antara evaluasi diri dengan peningkatan profesional.
6.
Menurut Kemmis dan Mc. Taggart, PTK adalah gerakan diri sepenuhnya yang dilakukan oleh
peserta didik untuk meningkatkan pemahaman (Sanjaya,
2010:25).
7.
Menurut Arikunto, PTK adalah gabungan pengertian dari kata “penelitian,
tindakan dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu objek, dengan
menggunakan kaidah metodologi tertentu untuk mendapatkan data yang bermanfaat
bagi peneliti dan dan orang lain demi kepentingan bersama. Selanjutnya tindakan
adalah suatu perlakuan yang sengaja diterapkan kepada objek dengan tujuan
tertentu yang dalam penerapannya dirangkai menjadi beberapa periode atau
siklus. Kelas adalah tempat di mana sekolompok siswa belajar
bersama dari seorang guru yang sama dalam periode yang sama (Suyadi, 2012:18).
Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan
didalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian
yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus. Berdasarkan jumlah dan sifat
perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang
dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang
guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam
PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas
masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.
b.
Manfaat PTK
Adapun manfaat PTK ialah :
1.
Memecahkan permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran di kelas sehingga tercipta perbaikan dan
peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran.
2.
Peningkatan kinerja siswa di sekolah.
3.
Peningkatan dan perbaikan
kualitas dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
c.
Karakteristik
PTK
Berdasarkan pada pengertian di atas, PTK memiliki karakterlistik tersendiri
sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian lainya. Adapun beberapa karakter
tersebut adalah :
1.
PTK hanya dilakukan oleh guru yang
memahami bahwa proses pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya
untuk memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi masalah dalam
proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi. Menurut Usman (Daryanto, 2011:2), guru dengan
kompetensi tinggi merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam bidangnya. Sehingga Ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya
sebagai pengajar dan pendidik dengan maksimal.
2.
Refleksi diri, refleksi merupakan
salah satu ciri khas PTK yang paling esensial. Dan ini sekaligus sebagai
pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang menggunakan responden dalam
mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan
refleksi diri (Tahir, 2012:80).
3.
PTK
dilaksanakan di dalam kelas
sehingga interaksi antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal.
Kelas yang dimaksud di sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan tempat berlangsungnya proses pembelajaran antara guru
dan murid (Suyadi, 2012:6).
4.
PTK bertujuan untuk memperbaiki
proses pembelajaran secara terus menerus. PTK dilaksakan secara
berkesinambungan di mana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau perbaikan.
Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus selanjutnya. Sehingga
diperoleh model pembelajaran yang paling baik (Daryanto, 2011:6).
5.
PTK merupakan salah satu indikator
dalam peningkatan profesionalisme guru, karena PTK memberi motivasi kepada guru
untuk berfikir kritis dan
sistematis, membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Di
mana semua itu dapat menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran (Daryanto, 2011:6).
6.
PTK bersifat fleksibel sehingga
mudah diadaptasikan dengan keadaan kelas. Dengan demikian proses pembelajaran
tidak monoton oleh satu model saja (Tahir, 2012:81).
7.
PTK menggunakaan metode kontekstual.
Artinya variabel-variabel yang akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi
kelas itu sendiri. Sehingga data yang diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu
saja dan tidak dapat digeneralisasikan dengan kelas lain (Tahir, 2012:81).
8.
PTK dalam pelaksanaannya terbikai
dalam beberapa pembagian waktu atau siklus (Sukardi, 2011:212).
9.
PTK tidak diatur secara khusus untuk
memenuhi kepentingan penelitian semata. Melainkan
harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang sedang berjalan di kelas (Sanjaya, 2010:34).
d.
Prinsip PTK
Beberapa prinsip yang dianut dalam PTK :
1.
Tidak mengganggu komitmen mengajar.
2.
Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan
secara khusus.
3.
Metode pemecahan masalah riil.
4.
Pemecahan berorientasi
pada pemecahan masalah guru kesehariannya.
5.
Pekerjaan guru ialah mengajarkan
perlu ada peningkatan, perubahan sesuai dengan kondisi peserta
didik.
6.
Masalah penelitian didasarkan atas
tanggungjawab professional.
7.
Kepedulian yang tinggi atas prosedur
etika pekerjaannya, diketahui oleh pimpinan, disosialisasikan kepada
rekan-rekan, tata krama
penelitian akademik.
8.
Permasalahan tidak hanya kelas,
tetapi juga mencakup perspektif visi dan misi sekolah.
2.2 Model PTK Menurut Kurt Lewin
Ada beberapa ahli yang mengemukakan
model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda namun secara garis
besar terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, refleksi. Adapun penjelasan untuk masing-masing tahapan :
1.
Tahap
Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tantang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana,
tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya
dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak
yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah
penelitian kolaborasi, cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk
mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang
dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada
diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan
terhadap hal-hal yang berada di luar diri karena ada unsur subjektivitas yang
berpengaruh yaitu cenderung menggungulkan dirinya.
Penelitian kolaborasi ini
sangat disarankan kepada guru yang belum pernah atau masih jarang melakukan
penlitian. Dalam penelitian kolaborasi pihak yang melakukan tindakan adalah
guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang
melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang
dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar dia adalah seorang
guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti.
Dalam tahap penyusun rancangan
ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk diamati , kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan
untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Jika yang digunakan dalam peneliti ini bentuk terpisah maka peneliti dan
pelaksana harus melakukan kesepakatan anatara keduanya. Dikarenakan pelaksana
guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan
kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan
kepentingan guru peneliti, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara
wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah.
2.
Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah
pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu
mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap
kedua ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha pula berlaku wajar, tidak
dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan
perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.
Ketika melakukan laporan penelitiannya,
peneliti tidak melaporakan seperti apa perencanaan yang dibuat karena langsung
melaporkan pelaksanaan. Oleh karena itu, bentuk dan isi laporannya harus sudah
lengkap menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan
sampai penyelesaian. Banyak diantara karya tulis yang diajukan oleh guru tidak
dapat dinilai atau diterima oleh tim penilai karena isi laporannya tidak
lengkap. Pada umumnya penulis merasa sudah menjelaskan tahapan metode yang
dilaksanakan dalam tindakan, padahal baru disinggung dalam kajian pustaka saja,
dan belum dijelaskan secara rinci bagaimana keterlaksanaanya ketika tindakan
terjadi.
3.
Pengamatan
(Observing)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau
pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya
pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung
dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang
kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.
Ketika guru tersebut
sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak
sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada
guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan
balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan
pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4.
Refleksi
(Reflecting)
Tahap keempat kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa
inggris “reflection” yang diterjemahkan dalam
bahsa indonesia pemantulan . Kegiatan
refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai
melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan memantul,
seperti halnya memancar dan menatap kena kaca. Dalam hal ini guru pelaksana
sedang memantulkan pengalamannya pada peniliti yang baru saja mengamati
kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan yaitu ketika
guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal
yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata
lain, guru pelaksana sedang melakukan evaluasi diri. Apabila guru pelaksana
juga berstatus sebagai pengamat yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka
refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut
melihat dirinya kembali melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang sudah
dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat
mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui
beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana
yang disarankan kepada penliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau
kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang
akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
PTK adalah suatu
pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas dengan menggunakan aturan
sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau
siklus. Manfaat PTK
yaitu untuk inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat regional
atau nasional, peningkatan profesionalisme pendidik. PTK memiliki
karakteristik yang penting yaitu bahwa problema yang diangkat adalah problema
yang dihadapi oleh guru di kelas, dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian
itu sendiri. Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik yang khas yaitu
adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di
kelas. Prinsip PTK ialah: tidak
mengganggu komitmen mengajar, tidak
menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus, metode pemecahan masalah riil, pemecahan berorientasi pada pemecahan
masalah guru kesehariannya, pekerjaan
guru ialah mengajarkan perlu ada peningkatan, perubahan sesuai
dengan kondisi peserta didik, masalah
penelitian didasarkan atas tanggungjawab professional, kepedulian yang tinggi atas prosedur etika
pekerjaannya, diketahui oleh pimpinan, disosialisasikan kepada rekan-rekan, tata krama
penelitian akademik, permasalahan
tidak hanya kelas, tetapi juga mencakup perspektif visi dan misi sekolah.
2.
Ada beberapa ahli
yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan
bagan yang berbeda namun secara garis
besar terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
refleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto
Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Pardjono.
2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta
Suhenah.
1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
IKIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar