Sejarah Periode Dinasti Abbasiyah
Di Ajukan Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
“SKI”
Dosen
Pembimbing :
Hj. Sufinatin Aisidah, M.Pd.I.
|
Disusun Oleh :
1. Ika
Ayu Novitasari (2013052600)
2. Elfiyah
(2013052600)
3. Fitri
Ika Andriyani (201305260049)
4. Ahmad
Chasin (2013052600)
5. Eva
Nurdiana (2013052600)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah yang
maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Alhamdulillah berkat rahmat, taufiq, hidayah, serta inayahnya kami dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Sejarah Periode Dinasti
Abbasiyah”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah abadikan kepada baginda
besar Nabi Muhammad SAW, karena dengan perjuangan beliau kita bisa merasakan
indahnya dunia, hidup dalam naunga
Kepada pembaca yang budiman, jika
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam makalah ini, kami pribadi meminta maaf ,
karna kami masih dalam tahap belajar, tak lupa kami mengucapkan terimahkasih kepada semua pembacan islam
serta agama paling di ridhoi oleh Allah SWT.
Selanjutnya,
kritik serta saran dari pembaca sangat kami harapkan.
Sidoarjo, 16 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
........................................................................................................... 1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusam Masalah....................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
2.1 Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah............................................. 3
2.2 Masa Kekuasaan Bani Abbasiyah ............................................... 6
2.3 Masa Kejayaan Bani
Abbasiyah.................................................. 8
2.4 Faktor-Faktor Kemunduran Bani Abbasiyah.............................. 14
2.5
Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah..................................... 16
BAB III PENUTUP........................................................................................ 17
3.1
Simpulan...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan
ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak
kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik,
dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan
semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah
memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan
kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh
dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai
sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa
keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Berdirinya Bani Abbasiyah ?
2. Seperti apa masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
3. Apa saja yang diperoleh pada masa kejayaan
Bani Abbasiyah ?
4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran
Bani Abbasiyah ?
5. Bagaimana
akhir masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan
bagaimana berdirinya Bani Abbasiyah.
2. Mendeskripsikan
masa kekuasaan Bani Abbasiyah dalam megelola pemerintahan.
3. Mendeskripsikan
kemajuan-kemajuan yang diperoleh saat Bani Abbasiyah memengang ke khalifahan,
baik itu dibidang ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan.
4. Mendeskripsikan
faktor-faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiayah.
5. Menjelaskan
bagaimana akhir dari masa kekuasaan Bani Abbasiayah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdirinya Bani
Abbasyiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun
132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah
pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat panjang, yaitu
lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani
Hasyim (alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang
berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi’ah selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi’ah selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah
dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali, ia telah di bai’ah oleh
orang-orang syi’ah sebagai imam. Tujuan utama dari perjuangan Muhammad Bin Ali
untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah, karena
menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam
atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan
bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya
golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani
Abbas, tujuannya adalah untuk mencari dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang
tergabung dalam gerakan ini adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin
Abdul Muthalib. Keturunan ini bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
Strategi yang digunakan untuk
menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
1. Gerakan
Secara Rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan
strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim
pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya
tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum
akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi
dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
2. Tahap
Terang-Terangan dan Terbuka Secara Umum
Tahap
ini dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan
kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di
Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia
tersebut ia menangkap Ibrahim bin Muhammad dan membunuhnya.
Setelah
itu pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad
as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.
Abul Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan Marwan bin Muhammad telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin mendapat dukungan dari rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan ini tambah mendorong semangat Abul Abbas untuk menggulingkan khalifah Marwan bin Muhammad dari jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas mengutus pamannya Abdullah bin Ali untuk menumpas pasukan Marwan bin Muhammad. Pertempuran terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin Muhammad dengan pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin Muhammad terdesak dan melarikan diri ke Mosul, kemudian ke palestina, Yordania dan terakhir di Mesir. Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan Marwan bin Muhammad sampai ke Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran disana. Marwan bin Muhammad pun akhirnya tewas karena pasukannya sudah sangat lemah yaitu pada tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750 M. Pada tahun 132 H/750 M Abul Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di bai’ah menjadi khalifah , dalam pidato pembiatan tersebut, ia antara lain mengatakan “saya berharap semoga pemerintahan kami Bani Abbas akan mendatangkan kebaikan dan kedamaian pada kalian.
Abul Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan Marwan bin Muhammad telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin mendapat dukungan dari rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan ini tambah mendorong semangat Abul Abbas untuk menggulingkan khalifah Marwan bin Muhammad dari jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas mengutus pamannya Abdullah bin Ali untuk menumpas pasukan Marwan bin Muhammad. Pertempuran terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin Muhammad dengan pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin Muhammad terdesak dan melarikan diri ke Mosul, kemudian ke palestina, Yordania dan terakhir di Mesir. Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan Marwan bin Muhammad sampai ke Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran disana. Marwan bin Muhammad pun akhirnya tewas karena pasukannya sudah sangat lemah yaitu pada tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750 M. Pada tahun 132 H/750 M Abul Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di bai’ah menjadi khalifah , dalam pidato pembiatan tersebut, ia antara lain mengatakan “saya berharap semoga pemerintahan kami Bani Abbas akan mendatangkan kebaikan dan kedamaian pada kalian.
Wahai
penduduk koufah, bukan intimidasi, kezaliman, malapetaka dan sebagainya.
Keberhasilan kami beserta ahlul Bait adalah berkat pertolongan Allah SWT. Hai
penduduk koufah, kalian adalah tumpuan kasih sayang kami, kalian tidak pernah
berubah dalam pandangan kami, walaupun penguasa yang zalim (Bani Umayyah) telah
menekan dan menganiaya kalian. Kalian telah dipertemukan oleh Allah dengan Bani
Abbas, maka jadilah kalian orang-orang yang berbahagia dan yang paling kami
muliakan, ketahuilah, hai penduduk kuffah, saya adalah Al-Saffah”. Setelah Abul
Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat
pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a)
Para pendukung Bani Umayyah masih banyak
yang tinggal di Damaskus.
Kota Kuffah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah.
Kota Kuffah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah.
b)
Kota Damaskus terlalu dekat dengan
wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan ancaman bagi pemerintahannnya, akan
tetapi pada masa pemerintahan khalifah Al-Mansur (754-775 M) dibangun kota
Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbas yang baru.
2.2 Masa Kekuasaan Bani Abbasyiyah
Masa kekuasaan Bani Abbasiyah ini dapat dibagi menjadi empat periode,
yaitu periode awal, periode lanjutan, periode Buwaihi, periode Seljuk.
a. Periode
Awal (750-847 M)
Masa
ini diawali sejak Abu Abbas menjadi khalifah (132 H/750 M) dan berlangsung
selama satu abad hingga meninggalnya Khalifah al-Wasiq (232 H/847 M). Periode
ini dianggap sebagai zaman keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan
keberhasilannya dalam memperluas wilayah kekuasaan.
Wilayah
kekuasaannya membentang dari Laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut
Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah Bani
Abbasiyah yang cukup berprestasi dalam penyebaran islam. Mereka adalah khalifah
Abu Abbas as-Safah (750-754 M), al-Mansur (754-755 M), al-Mahdi (775-785 M),
al-Hadi (785-786 M), Harun ar-Rasyid (786-809 M), al-Amin (809 M), al-Ma’mun
(813-833 M), Ibrahim (817 M), al-Mu’tasim (833-842 M), dan al-Wasiq (842-847).
b. Periode
Lanjutan
Periode
ini diawali dengan meninggalnya khalifah al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga
Buwaihi bangkit memerintah (847-861 M).Sepeninggal al-Wasiq, al-Mutawakkil
(847-861 M) naik takhta menjadi khalifah.Masa ini ditandai dengan bangkitnya
pengaruh Turki.
Setelah
al-Mutawakkil meninggal dunia, para jenderal yang berasal dari Turki berhasil
mengontrol pemerintah.Ada empat khalifah yang dianggap sebagai simbol dari pada
kepala pemerintahan yang efektif.Keempat khalifah ini adalah al-Muntasir
(861-862 M), al-Musta’in (862-866 M), al-Mu’taz (866-896 M), al-Muhtadi
(869-870 M).
Masa
kekuasaan periode ini dinamakan masa disintegrasi.Disintegrasi yang pada
akhirnya menjalar ke wilayah yang lebih luas.Oleh karena itu, banyak daerah
yang memisahkan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan menjadi wilayah yang
merdeka,misalnya Spanyol,Persia,dan Afrika Utara.
Pada
periode ini terdapat tiga belas khalifah, yaitu al-Mutawakkil (847-861M),
al-Muntasir (861-862M), al-Musta’in (862-866 M), al-Mu’tazz (866-869 M),
al-Muhtadi (869-870 M), al-Mu’tamid (870-892 M), al-Mu’tsdid (892-902),
al-Muktafi (902-908 M), al-Muqtadir (908-932 M), al-Qahir (932-934 M), ar-Radi
(934-940 M), al-Muttaqi (940-944 M), dan al-Muktafi (944-946 M).
c. Periode
Buwaihi (945-1055 M)
Periode
Buwaihi adalah masa setelah jatuhnya Khalifah al-Muktafi (946 M) sampai dengan
Khalifah al-Qoim (1075 M). Kekuasaan Buwaihi menyebar sampai ke Irak dan Persia
Barat.Sementara itu, Persia Timur,Transoxomania, dan Afganistan yang semulah
dibawah kekuasaan Dinasti Samaniyah, beralih kepada Dinasti Gaznawi. Kemudian,
sejak tahun 869 M, Dinasti Fatimiah berdiri di Mesir.
Kekhalifahan
Bagdad jatuh sepenuhnya di bawah diminasi para pengawal dari suku bangsa
Turki.Untuk menjaga keselamatan, khalifah meminta bantuan klan Buwaihi.Dinasti
Buwaihi cukup kuat dan berkuasa karena mereka masih menguasai Bagdad, yang
merupakan pusat dunia Islam dan lokasi kediaman khalifah Abbasiyah.
Pada
akhir abad ke-10, kedaulatan khalifah Abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak
memiliki kekuasaan di luar Kota Bagdad.Kekuasaan Abbasiyah berhasil dipecah
oleh Dinasti Buwaihi di Persia (932-1055 M), Dinasti Samaniyah di Khurasan
(874-965 M), Dinasti Hamdaniyah di Suriah (924-1003 M), Dinasti Umayyah di
Spanyol (756-1030 M), Sinasti Fatimiah di Mesir (969-1171 M), dan Dinasti
Gaznawi di Afganistan (962-1187 M).
Pada
masa dominasi Dinasti Buwaihi ini, ada 5 khalifah Abbasiyah.Mereka adalah
al-Muktafi (944-946 M), al-Muti’ (946-974 M), at-Ta;i (974-991 M), al-Qodir
(991-1031 M), dan al-Qo’im (1031-1075 M).
d. Periode
Seljuk (1055-1258 M)
Masa
ini diawali ketika suku Seljuk mengambil alih pemerintahan dan mengontrol
kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 447 H/1055 M.Masa Seljuk berakhir pada tahun
656 H/1258 M, yaitu ketika tentara Mongol menyerang serta menaklukkan Bagdad
dan hampir seluruh dunia Islam, terutama bagian Timur.
Pada
masa ini ada 12 khalifah Abbasiyah.Nama-nama mereka dan tahun mereka naik tahta
adalah sebagai berikut: al-Qo’im (1031-1075 M), al-Muqtadi (1075-1094 M),
al-Mustazir (1094-1118 M), al-Mustarsid (1118-1135 M), ar-Rasid (1135-1136 M),
al-Muqtafi (1136-1160 M), al-Mustanjid (1160-1170 M), al-Mustadi (1170-1180 M),
an-Nasir (1180-1225 M), az-Zahir (1225-1226 M), al-Mustansir (1226-1242 M),
al-Musta’sim (1242-1258 M).
Pada
masa pemerintahan khalifah yang terakhir ini balatentara Mongol menghancurkan
Bagdad (Surato, 2008:49).
2.3 Masa Kejayaan Peradaban Bani
Abbasiyah
Masa
Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang,
khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini, umat Islam
telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan sehingga
mengalami kemajuan dengan pesatnya. Pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan
dengan cara menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu,
seperti buku-buku karya bangsa Yunani, Romawi, dan Persia. Berbagai naskah yang
ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir juga
menjadi perhatian.
Banyak para
ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan adalah kelompok
mawali atau orang-orang non-Arab, seperti orang-orang Persia. Pada masa itu,
pusat-pusat kajian ilmiah bertempat di masjid-masjid. Pada masa permulaan
Dinasti Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti
sekolah. Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid, mulai didirikan lembaga
pendidikan formal, seperti Darul Hikmah yang kemudian dilanjutkan dan
disempurnakan oleh Khalifah al-Makmun. Dari lembaga ini, banyak melahirkan para
sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan yang membawa kejayaan Dinasti Abbasiyah.
Perkembangan
ilmu pengetahuan sangat menakjubkan sehingga zaman ini sering disebut zaman
keemasan dunia Islam. Berikut ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang beserta
tokoh-tokohnya.
a.
Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran mulai berkembang dengan pesat pada masa akhir Dinasti
Abbasiyah I. Pada masa ini, banyak sekolah kedokteran dan rumah sakit yang
didirikan.Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter knamaan, di
antaranya sebagai berikut.
1)
Hunain
Ibnu Ishaq (804-874 M),terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit mata dan
penerjemah buku-buku pengetahuan dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab.
2)
Ar-Razi
(809-873 M),terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit cacar an campak.Ia
adalah kepala dokter rumah sakit Bagdad.Buku karangannya di bidang kedokteran
berjudul al-Hawi.
3)
Ibnu
Sina (980-1036 M),karyanya yang terkenal ialah al-Qanun fi at-Tibb dan
dijadikanbuu pedoman kedokteran bagi universitas di Eropa dan negara-negara
islam.
4)
Abu
Marwan Abdul Malik Ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhr (1091-1162 M),
terkenal sebagai dokter ahli
di bidang penyakit dalam (internis). Karyanya yang terkenal ialah at-Taisir
(pemudahan perawatan) dan al-Iqtida yang di tulis tahun 1121 M.
5)
Ibnu
Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis di bidang penelitian
pembuluh darah dan penyakit cacar.
6)
Abu
Zakaria Yuhana bin Maskawai, seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundishapur.
7)
Sabur
bin Sahal, menjadi direktur rumah sakit Yundishapur.
b.
Ilmu Perbintangan
Kaum
muslimin pada masa Dinasti Abbasiyah mempunyai modal besar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Mereka mengkaji dan menganalisa berbagai aliran ilmu perbintangan dan berbagai
suku bangsa, seperti bangsa Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu Falaq Arab
jahiliyah. Ilmu bintang memegang peranan penting dalam menentukan garis politik
para kholifah dan amir. Berikut ini di antara para ahli ilmu perbintangan yang
terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah.
1.
Abu Ma’syur al-Falaki, karyanya yang
sangat terkenal ialah Isbatul Ulum dan Haiatul Falaq.
2.
Jabir al-Batany, pncipta alat teropong
bintang yang pertama. Karya yang terkenal adalah Kitabu Ma’rifati Ma’rifati
Matlil-Buruj baina Arba’il-Falaq.
3.
Raihan al-Biruny, karyanya yang terkenal
adalah At-Tafhim liawa’ili sina’atit-Tanjim.
c.
Ilmu Pasti (Riyadiyat)
Pada masa
Dinasti Abbasiyah juga berkembang ilmu pasti dan cabang-cabangnya. Misalnya,
ilmu geometri yang berfungsi untuk menerangkan sifat-sifat garis, sudut,
bidang, dan ruang. Ilmu ini dapat di manfaatkan untuk kepentingan para
perancang bangunan, seperti istana, masjid,dan bangunan lainnya. Di antara
tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu pasti yang terkenal pada masa ini adalah
sebagai berikut.
1.
Sabit bin Qurrah al-Hirany (211-288 H),
karyanya yang terkenal ialah Hisabul Ahliyah.
2.
Abdul Wafa Muhammad bin Ismail bin
Abbas, karyanya yang terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat Wal-Kuttab min
Sinatil Hisab.
3.
Sinan Ali Muhammad bin Hasan.
4.
Al-Khawarizmi (194-266), tokoh dan ahli
di bidang matematika yang mengarang buku aljabar.
5.
Umar Khayam, karyanya tentang aljabar
yang berjudul Treatise on al-Gebra telah di terjemahkan oleh F.Woepcke ke dalam
bahasa Perancis (Paris 187). Aljabar karya Umar Khayam ini lebih maju dari aljabar
karya Euklide dan al-Khawarizmi.
d.
Ilmu Farmasi dan Kimia
Pada masa ini juga berkembang ilmu farmasi,yaitu ilmu
untuk menentukan obat dan pembuatanobat-obatan,makanan,serta gizi.di antara
para ahli farmasi pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baitar.Karyanya yang
terkenal adalah al-mugni (tentang obat-obatan), jami’ Mufratil-Adwiyyah Wa
Agziyah (tentang obat-obatan dan makanan atau gizi), dan Mizani Tabib.Adapun di
bidang kimia,adalah Abu Bakar ar-Razi dan Abu Musa Ya’far al-Kufi.
e.
Ilmu Filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan al-Makmun,kaum
muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat.Bahkan, mereka mulai menafsirkan dan
mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam.Akhirnya,
lahirlah filsafat Islam.Tokoh dalam ilmu filsafat Islam,antara lain al-Kindi
(980-1036 M), al-Ghazali (450-505 H) dengan karyanya Tah-afut al-Falasifat
(Tidak konsisten Para Filsuf), Ibnu Rusyd (520-595 H) dengan karya Fasl
al-Maqal fi Ma bain al-Hikmat wa asy-syari’at (Kata Putus tentang Kaitan antara
Filsafat dan Syari’ah atau Agama Islam), Ibnu Bajah,Ibnu Tufail, dan al-Ahbary.
f.
Ilmu Sejarah
Dalam masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah telah di
susun buku-buku sejarah dalam berbagai bidang,meliputi manusia dan peristiwa.Di
antara para sejarawan yang terkenal pada masa itu ialah Abu Ismail al-Azdy
dengan karyanya Kitab Futuhusy-Syam;al-Waqidy dengan karyanya Kitab
al-Magazy,Fath Afrika, Fathul ‘Ajam, Fath Misr wal Iskandariyah;Ibnu Sa’ad
dengan karyanya at-Tabaqatul-kubra;Ibnu Hisyam dengan karyanya Sirah Ibnu
Hisyam
g.
Ilmu Geografi
Pada masa Dinasti Abbasiyah telah berkembang ilmu
geografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi, iklim, penduduk,
flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi. Di antara ilmuwan geografi
saat itu ialah Ibnu Khardazbag dengan karyanya Kitabul Masalik wal-Mamalik,
Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus-Sifati Jaziratil-Arab dan Kitabul Iklim, Ibnu
Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu Fadlan.
h.
Ilmu Sastra
Pada masa Dinasti Abbasiyah juga berkembang ilmu sastra,
sehingga melahirkan para penyair dan pujangga yang terkenal. Di antara para
penyair yang terkenal pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah ialah Abu Nawas
(145-198 H), Abu Atiyah (130-211 H), Abu Tamam (w. 232 H), al-Mutannabby
(303-363 H), Ibnu Hani (326-363 H).
Perkembangan ilmu agama pada masa
Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat yaitu:
a.
Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tafsir pada zaman ini terdiri atas tafsir bil-ma’sur (Al-Quran ditafsirkan
dengan menggunakan akal pikiran).
Para ahli tafsir
bil- ma’sur, antara lain Jarir at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy as-Suda’i
(mendasarkan tafsirnya kepada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud), Muqatil bin Sulaiman
(tafsiran terpengaruh oleh kitab Taurat), dan Muhammad bin Ishaq (dalam
tafsirannya banyak mengutip cerita israiliyat).
Adapun para ahli tafsir
bir-ra’yi, antara lan ialah Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr
Isfahany, Ibnu Jaru al-Asady, dan Abu Yunus Abdussalam. Kesemuanya beraliran
Mu’tazilah.
b.
Ilmu Hadis
Pada masa ini sudah ada usaha pengodifikasian hadis sesuai
kesahihannya. Lahir ulama-ulama hadis terkenal, seperti Imam Bukhori, Muslim,
at-Tirmizi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan an-Nasa’i. Dari mereka diperoleh Kutubus
Sittah (kitab-kitab enam), yaitu Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan
at-Tirmizi, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan an-Nasa’i.
c.
Ilmu Kalam
Ilmu kalam lahir disebabkan dua faktor, yaitu musuh islam
ingin melumpuhkan Islam dengan menggunakan filsafat dan hampir semua masalah,
termasuk masalah agama, telah berkisar pada pola rasa kepada pola akal dan
ilmu. Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam ialah Wasil bin Ata’, Abu Huzail
al-Allaf, ad-Daham, Abu Hasan al-Asy’ari, dan Imam Gazali.
d.
Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf ialah ilmu syariat. Inti ajarannya ialah
tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah,
meninggalkan/menjauhkan diri dari kesenangan atau perhiasan dunia dan
bersembunyi diri dalam beribadah. Di antara ulama tasawuf masa ini adalah
al-Qusairy dengan karyanya yang terkenal adalah Risalatul-Qusairiyah dan
Imamal-Ghazali dengan karyanya yang terkenal adalah Ihya Ulumuddin.
e.
Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa yang berkembang ialah nahwu, saraf, bayan,
badi’, dan arud. Ilmu bahasa pada masa Dinasti Abbasiyah berkembang cukup pesat
karena bahasa arab yang semakin berkembang memerlukan ilmu bahasa yang
menyeluruh. Kota Basrah dan Kuffah merupakan pusat pertumbuhan dan kegiatan
ilmu bahasa (ilmu lughoh). Di antara para ahli ilmu bahasa adalah Sibawaih,
al-Kisai, dan Abu Zakaria al-Farra.
f.
Ilmu Fiqih
Dari aspek hukum, pada periode ini juga timbul puluhan
aliran atau mazhab yang menawarkan metode dan pendapat yang beragama. Ada empat
mazhab besar yang bertahan du kalangan Suni, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan
hambali. Semula pengelompokan aliran atau madzab fikih ini lebih berdasarkan
pada kota yang menjadi pusat pengembangannya, yaitu Mazhab Madinah, Mazhab
Damaskus, dan Mazhab Mesir. Baru pada periode Abbasiyah, mazhab fikih lebih
diatributkan kepada tokoh pemikir terbesarnya, yaitu Imam Abu Hanifah (699-767
M), Imam Malik bin Annas (715-795 M), Imam Muhammad Idris asy-Syafi’i (820),
dan Imam Ahmad bin Hanbal (855 M). Di samping itu, juga dikenal Abu Yusuf (798
M), murid Imam Abu Hanifah, yang pernah menjabat sebagai hakim agung (qadi
al-qudat), dan Dawud bin Khallaf (833 M) yang menjadi pelopor aliran tekstualis
(Mazhab Zahiri).
Karya-karya ulama mazhab fiqih, antara lain Imam Abu
Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar dan al-Alim wal Muta’an, Imam Malik,
karyanya yang terkenal ialah kitab al-Muwatta,
Imam Syafi’i karyanya yang terkenal ialah al-Umm
dan Usul Fiqih, Imam Ahmad bin H anbal, karyanya yang terkenal ialah al-Musnad (Suratno, 2008:53).
2.4 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut W. Montgomery bahwa faktor-faktor penyebab kemunduran Bani
Abbasiyah adalah:
1.
Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan denga itu, tingkat saling percaya
antara pemguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah
kepada mereka sangat tinggi.
3.
Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara
bayaran sangat besar. Pada saat itu kekuatan militer menurun, khalifah tidak
sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M. A diantara hal yang menyebabkan
kemunduran Daulah Bani Abbasiyah adalah :
1.
Persaingan antar bangsa khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang
bersekutu dengan orang-orang Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh
persamaan senasib pada saat pemerintahan Bani Ummayah, keduanya sama-sama
tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap mempertahankan
persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk
saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk berkuasa telah
dirasakan sejak awal pemerintahan Bani Abbas.
2.
Kemerosotan Ekonomi khalifah Abbasiyah juga mengalami kemerosotan ekonomi
bersamaan dengan kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama, peerintahan
Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang masuk lebih
besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan harta. Setelah
khlaifah mengalami periode kemunduran, pendapatan negara menurun dengan
demikian terjadi kemerosotan ekonomi.
3.
Konflik keagamaan fanatisme berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada
periode Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga
terjadi perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syiah, Ahlus
sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah
mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4.
Perang salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Perang salib yang
terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian
Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan
kelemahan-kelemahan.
5.
Serangan bangsa Mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi
lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadap
menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah pada
kekuatan Mongol.
2.5 Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan
Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari Kubilay Khan
yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang
menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina
kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya
Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir
Al-Mu’tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin.
Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh
khalifah. Oleh karena itu timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada
bulan september 1257 M, Khulagu Khan melakukan penjarahan terhadap daerah
Khurasan, dan mengadakan penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan memberikan
ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah dan
pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
Pada waktu penghancuran kota Baghdad,
khalifah dan keluarganya dibunuh disuatu daerah dekat Baghdad sehingga
berakhirlah Bani Abbasiyah. Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari
saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga
menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di
Baitul Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu
dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai
tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta dari
buku-buku tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bani Abbasiyah merupakan masa
pemerintahan ummat Islam yang merupakan masa keemasan dan kejayaan dari
peradaban ummat Islam yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah kekayaan negara
melimpah ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban Islam
mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para tokoh
ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan yang bersifat umum
seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini telah ada lebih dari 800 dokter
yang berada di kota Baghdad.
Dalam bidang matematika melahirkan ilmuan
bernama Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka Nol. Demikian juga dari biang
ilmu agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu kalam, filsafat Islam, dan
ilmu tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada
masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan ummat sangat terjamin,
karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan
dilakukan dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit, irigasi, dan pemandian-pemandian
umum.
Namun diakhir pemerintahan Khalifah Bani
Abbasiyah, Islam mengalami keterpurukan yang sangat parah. Hal ini disebabkan
dari serangan tentara Mongol yang telah mengahncurkan pusat peradaban Ummat
Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah,
yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu ummat Islam yang tak ternilai
harganya.
DAFTAR PUSTAKA
http://dicilala.blogspot.com/2011/10/sejarah-kebudayaan-islam.html
Masyruk. 2010.Lembar Kerja Siswa Sejarah Kebudayaan Islam. Jombang: MGMP
Suratno. 2008. Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam. Surakarta: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar