Jumat, 14 November 2014

Dinasti Abbasiyah



Sejarah Periode Dinasti Abbasiyah


Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

SKI



Dosen Pembimbing   :

Hj. Sufinatin Aisidah, M.Pd.I.

    

 














Disusun Oleh       :

1.     Ika Ayu Novitasari                  (2013052600)
2.     Elfiyah                           (2013052600)
3.     Fitri Ika Andriyani                   (201305260049)
4.     Ahmad Chasin               (2013052600)
5.     Eva Nurdiana                (2013052600)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
TAHUN 2014



KATA PENGANTAR


Dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Alhamdulillah berkat rahmat, taufiq, hidayah, serta inayahnya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Sejarah Periode Dinasti Abbasiyah”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah abadikan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, karena dengan perjuangan beliau kita bisa merasakan indahnya dunia, hidup dalam naunga
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam makalah ini, kami pribadi meminta maaf , karna kami masih dalam tahap belajar, tak lupa kami mengucapkan terimahkasih kepada semua pembacan islam serta agama paling di ridhoi oleh Allah SWT.
Selanjutnya, kritik serta saran dari pembaca sangat kami harapkan.





Sidoarjo, 16 November 2014




Penulis











DAFTAR ISI





COVER....................................................................................................................            i
KATA PENGANTAR............................................................................................           ii
DAFTAR ISI............................................................................................................          iii
BAB I             PENDAHULUAN...........................................................................           1
                        ........................................................................................................... 1.1 Latar Belakang                  1
                        1.2 Rumusam Masalah.......................................................................           1
                        1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................           2

BAB II            PEMBAHASAN..............................................................................           3

                        2.1 Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah.............................................           3
                        2.2 Masa Kekuasaan Bani Abbasiyah ...............................................           6
                        2.3 Masa Kejayaan Bani Abbasiyah..................................................           8
                        2.4 Faktor-Faktor Kemunduran Bani Abbasiyah..............................         14
                        2.5 Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah.....................................         16
BAB III          PENUTUP........................................................................................         17

                        3.1 Simpulan......................................................................................         17
                       

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................         18






BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.



1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana Berdirinya Bani Abbasiyah ?
2.       Seperti apa masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
3.       Apa saja yang diperoleh pada masa kejayaan Bani Abbasiyah ?
4.       Apa faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah ?
5.      Bagaimana akhir masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?

1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adapun tujuan penulisan makalah  ini adalah sebagai berikut :
1.    Menjelaskan bagaimana berdirinya Bani Abbasiyah.
2.    Mendeskripsikan masa kekuasaan Bani Abbasiyah dalam megelola pemerintahan.
3.    Mendeskripsikan kemajuan-kemajuan yang diperoleh saat Bani Abbasiyah memengang ke khalifahan, baik itu dibidang ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan.
4.    Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiayah.
5.    Menjelaskan bagaimana akhir dari masa kekuasaan Bani Abbasiayah.


















BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Berdirinya Bani Abbasyiyah

Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi’ah selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali, ia telah di bai’ah oleh orang-orang syi’ah sebagai imam. Tujuan utama dari perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah, karena menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
Strategi yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
1.    Gerakan Secara Rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
2.    Tahap Terang-Terangan dan Terbuka Secara Umum
Tahap ini dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia tersebut ia menangkap Ibrahim bin Muhammad dan membunuhnya.
Setelah itu pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.
Abul Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan Marwan bin Muhammad telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin mendapat dukungan dari rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan ini tambah mendorong semangat Abul Abbas untuk menggulingkan khalifah Marwan bin Muhammad dari jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas mengutus pamannya Abdullah bin Ali untuk menumpas pasukan Marwan bin Muhammad. Pertempuran terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin Muhammad dengan pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin Muhammad terdesak dan melarikan diri ke Mosul, kemudian ke palestina, Yordania dan terakhir di Mesir. Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan Marwan bin Muhammad sampai ke Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran disana. Marwan bin Muhammad pun akhirnya tewas karena pasukannya sudah sangat lemah yaitu pada tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750 M. Pada tahun 132 H/750 M Abul Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di bai’ah menjadi khalifah , dalam pidato pembiatan tersebut, ia antara lain mengatakan “saya berharap semoga pemerintahan kami Bani Abbas akan mendatangkan kebaikan dan kedamaian pada kalian.
Wahai penduduk koufah, bukan intimidasi, kezaliman, malapetaka dan sebagainya. Keberhasilan kami beserta ahlul Bait adalah berkat pertolongan Allah SWT. Hai penduduk koufah, kalian adalah tumpuan kasih sayang kami, kalian tidak pernah berubah dalam pandangan kami, walaupun penguasa yang zalim (Bani Umayyah) telah menekan dan menganiaya kalian. Kalian telah dipertemukan oleh Allah dengan Bani Abbas, maka jadilah kalian orang-orang yang berbahagia dan yang paling kami muliakan, ketahuilah, hai penduduk kuffah, saya adalah Al-Saffah”. Setelah Abul Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a)                  Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus.
Kota Kuffah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah.
b)                  Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan khalifah Al-Mansur (754-775 M) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbas yang baru.
2.2 Masa Kekuasaan Bani Abbasyiyah
Masa kekuasaan Bani Abbasiyah ini dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu periode awal, periode lanjutan, periode Buwaihi, periode Seljuk.
a.       Periode Awal (750-847 M)
Masa ini diawali sejak Abu Abbas menjadi khalifah (132 H/750 M) dan berlangsung selama satu abad hingga meninggalnya Khalifah al-Wasiq (232 H/847 M). Periode ini dianggap sebagai zaman keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan keberhasilannya dalam memperluas wilayah kekuasaan.
Wilayah kekuasaannya membentang dari Laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah Bani Abbasiyah yang cukup berprestasi dalam penyebaran islam. Mereka adalah khalifah Abu Abbas as-Safah (750-754 M), al-Mansur (754-755 M), al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (785-786 M), Harun ar-Rasyid (786-809 M), al-Amin (809 M), al-Ma’mun (813-833 M), Ibrahim (817 M), al-Mu’tasim (833-842 M), dan al-Wasiq (842-847).
b.      Periode Lanjutan
Periode ini diawali dengan meninggalnya khalifah al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga Buwaihi bangkit memerintah (847-861 M).Sepeninggal al-Wasiq, al-Mutawakkil (847-861 M) naik takhta menjadi khalifah.Masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki.
Setelah al-Mutawakkil meninggal dunia, para jenderal yang berasal dari Turki berhasil mengontrol pemerintah.Ada empat khalifah yang dianggap sebagai simbol dari pada kepala pemerintahan yang efektif.Keempat khalifah ini adalah al-Muntasir (861-862 M), al-Musta’in (862-866 M), al-Mu’taz (866-896 M), al-Muhtadi (869-870 M).
Masa kekuasaan periode ini dinamakan masa disintegrasi.Disintegrasi yang pada akhirnya menjalar ke wilayah yang lebih luas.Oleh karena itu, banyak daerah yang memisahkan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan menjadi wilayah yang merdeka,misalnya Spanyol,Persia,dan Afrika Utara.
Pada periode ini terdapat tiga belas khalifah, yaitu al-Mutawakkil (847-861M), al-Muntasir (861-862M), al-Musta’in (862-866 M), al-Mu’tazz (866-869 M), al-Muhtadi (869-870 M), al-Mu’tamid (870-892 M), al-Mu’tsdid (892-902), al-Muktafi (902-908 M), al-Muqtadir (908-932 M), al-Qahir (932-934 M), ar-Radi (934-940 M), al-Muttaqi (940-944 M), dan al-Muktafi (944-946 M).

c.       Periode Buwaihi (945-1055 M)
Periode Buwaihi adalah masa setelah jatuhnya Khalifah al-Muktafi (946 M) sampai dengan Khalifah al-Qoim (1075 M). Kekuasaan Buwaihi menyebar sampai ke Irak dan Persia Barat.Sementara itu, Persia Timur,Transoxomania, dan Afganistan yang semulah dibawah kekuasaan Dinasti Samaniyah, beralih kepada Dinasti Gaznawi. Kemudian, sejak tahun 869 M, Dinasti Fatimiah berdiri di Mesir.
Kekhalifahan Bagdad jatuh sepenuhnya di bawah diminasi para pengawal dari suku bangsa Turki.Untuk menjaga keselamatan, khalifah meminta bantuan klan Buwaihi.Dinasti Buwaihi cukup kuat dan berkuasa karena mereka masih menguasai Bagdad, yang merupakan pusat dunia Islam dan lokasi kediaman khalifah Abbasiyah.
Pada akhir abad ke-10, kedaulatan khalifah Abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak memiliki kekuasaan di luar Kota Bagdad.Kekuasaan Abbasiyah berhasil dipecah oleh Dinasti Buwaihi di Persia (932-1055 M), Dinasti Samaniyah di Khurasan (874-965 M), Dinasti Hamdaniyah di Suriah (924-1003 M), Dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030 M), Sinasti Fatimiah di Mesir (969-1171 M), dan Dinasti Gaznawi di Afganistan (962-1187 M).
Pada masa dominasi Dinasti Buwaihi ini, ada 5 khalifah Abbasiyah.Mereka adalah al-Muktafi (944-946 M), al-Muti’ (946-974 M), at-Ta;i (974-991 M), al-Qodir (991-1031 M), dan al-Qo’im (1031-1075 M).

d.      Periode Seljuk (1055-1258 M)
Masa ini diawali ketika suku Seljuk mengambil alih pemerintahan dan mengontrol kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 447 H/1055 M.Masa Seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M, yaitu ketika tentara Mongol menyerang serta menaklukkan Bagdad dan hampir seluruh dunia Islam, terutama bagian Timur.
Pada masa ini ada 12 khalifah Abbasiyah.Nama-nama mereka dan tahun mereka naik tahta adalah sebagai berikut: al-Qo’im (1031-1075 M), al-Muqtadi (1075-1094 M), al-Mustazir (1094-1118 M), al-Mustarsid (1118-1135 M), ar-Rasid (1135-1136 M), al-Muqtafi (1136-1160 M), al-Mustanjid (1160-1170 M), al-Mustadi (1170-1180 M), an-Nasir (1180-1225 M), az-Zahir (1225-1226 M), al-Mustansir (1226-1242 M), al-Musta’sim (1242-1258 M).
Pada masa pemerintahan khalifah yang terakhir ini balatentara Mongol menghancurkan Bagdad (Surato, 2008:49).

2.3 Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Masa Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan sehingga mengalami kemajuan dengan pesatnya. Pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani, Romawi, dan Persia. Berbagai naskah yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir juga menjadi perhatian.
Banyak para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan adalah kelompok mawali atau orang-orang non-Arab, seperti orang-orang Persia. Pada masa itu, pusat-pusat kajian ilmiah bertempat di masjid-masjid. Pada masa permulaan Dinasti Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti sekolah. Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid, mulai didirikan lembaga pendidikan formal, seperti Darul Hikmah yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Khalifah al-Makmun. Dari lembaga ini, banyak melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan yang membawa kejayaan Dinasti Abbasiyah.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat menakjubkan sehingga zaman ini sering disebut zaman keemasan dunia Islam. Berikut ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang beserta tokoh-tokohnya.
a.         Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran mulai berkembang dengan pesat pada masa akhir Dinasti Abbasiyah I. Pada masa ini, banyak sekolah kedokteran dan rumah sakit yang didirikan.Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter knamaan, di antaranya sebagai berikut.
1)             Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M),terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit mata dan penerjemah buku-buku pengetahuan dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab.
2)             Ar-Razi (809-873 M),terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit cacar an campak.Ia adalah kepala dokter rumah sakit Bagdad.Buku karangannya di bidang kedokteran berjudul al-Hawi.
3)             Ibnu Sina (980-1036 M),karyanya yang terkenal ialah al-Qanun fi at-Tibb dan dijadikanbuu pedoman kedokteran bagi universitas di Eropa dan negara-negara islam.
4)             Abu Marwan Abdul Malik Ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhr (1091-1162 M), terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit dalam (internis). Karyanya yang terkenal ialah at-Taisir (pemudahan perawatan) dan al-Iqtida yang di tulis tahun 1121 M.
5)             Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis di bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar.
6)             Abu Zakaria Yuhana bin Maskawai, seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundishapur.
7)             Sabur bin Sahal, menjadi direktur rumah sakit Yundishapur.   
b.         Ilmu Perbintangan
Kaum muslimin pada masa Dinasti Abbasiyah mempunyai modal  besar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka mengkaji dan menganalisa berbagai aliran ilmu perbintangan dan berbagai suku bangsa, seperti bangsa Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu Falaq Arab jahiliyah. Ilmu bintang memegang peranan penting dalam menentukan garis politik para kholifah dan amir. Berikut ini di antara para ahli ilmu perbintangan yang terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah.
1.             Abu Ma’syur al-Falaki, karyanya yang sangat terkenal ialah Isbatul Ulum dan Haiatul Falaq.
2.             Jabir al-Batany, pncipta alat teropong bintang yang pertama. Karya yang terkenal adalah Kitabu Ma’rifati Ma’rifati Matlil-Buruj baina Arba’il-Falaq.
3.             Raihan al-Biruny, karyanya yang terkenal adalah At-Tafhim liawa’ili sina’atit-Tanjim.
c.         Ilmu Pasti (Riyadiyat)
Pada masa Dinasti Abbasiyah juga berkembang ilmu pasti dan cabang-cabangnya. Misalnya, ilmu geometri yang berfungsi untuk menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang. Ilmu ini dapat di manfaatkan untuk kepentingan para perancang bangunan, seperti istana, masjid,dan bangunan lainnya. Di antara tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu pasti yang terkenal pada masa ini adalah sebagai berikut.
1.             Sabit bin Qurrah al-Hirany (211-288 H), karyanya yang terkenal ialah Hisabul Ahliyah.
2.             Abdul Wafa Muhammad bin Ismail bin Abbas, karyanya yang terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat Wal-Kuttab min Sinatil Hisab.
3.             Sinan Ali Muhammad bin Hasan.
4.             Al-Khawarizmi (194-266), tokoh dan ahli di bidang matematika yang mengarang buku aljabar.
5.             Umar Khayam, karyanya tentang aljabar yang berjudul Treatise on al-Gebra telah di terjemahkan oleh F.Woepcke ke dalam bahasa Perancis (Paris 187). Aljabar karya Umar Khayam ini lebih maju dari aljabar karya Euklide dan al-Khawarizmi.
d.         Ilmu Farmasi dan Kimia
Pada masa ini juga berkembang ilmu farmasi,yaitu ilmu untuk menentukan obat dan pembuatanobat-obatan,makanan,serta gizi.di antara para ahli farmasi pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baitar.Karyanya yang terkenal adalah al-mugni (tentang obat-obatan), jami’ Mufratil-Adwiyyah Wa Agziyah (tentang obat-obatan dan makanan atau gizi), dan Mizani Tabib.Adapun di bidang kimia,adalah Abu Bakar ar-Razi dan Abu Musa Ya’far al-Kufi.
e.         Ilmu Filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan al-Makmun,kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat.Bahkan, mereka mulai menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam.Akhirnya, lahirlah filsafat Islam.Tokoh dalam ilmu filsafat Islam,antara lain al-Kindi (980-1036 M), al-Ghazali (450-505 H) dengan karyanya Tah-afut al-Falasifat (Tidak konsisten Para Filsuf), Ibnu Rusyd (520-595 H) dengan karya Fasl al-Maqal fi Ma bain al-Hikmat wa asy-syari’at (Kata Putus tentang Kaitan antara Filsafat dan Syari’ah atau Agama Islam), Ibnu Bajah,Ibnu Tufail, dan al-Ahbary.
f.           Ilmu Sejarah
Dalam masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah telah di susun buku-buku sejarah dalam berbagai bidang,meliputi manusia dan peristiwa.Di antara para sejarawan yang terkenal pada masa itu ialah Abu Ismail al-Azdy dengan karyanya Kitab Futuhusy-Syam;al-Waqidy dengan karyanya Kitab al-Magazy,Fath Afrika, Fathul ‘Ajam, Fath Misr wal Iskandariyah;Ibnu Sa’ad dengan karyanya at-Tabaqatul-kubra;Ibnu Hisyam dengan karyanya Sirah Ibnu Hisyam
g.         Ilmu Geografi
Pada masa Dinasti Abbasiyah telah berkembang ilmu geografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi. Di antara ilmuwan geografi saat itu ialah Ibnu Khardazbag dengan karyanya Kitabul Masalik wal-Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus-Sifati Jaziratil-Arab dan Kitabul Iklim, Ibnu Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu Fadlan.
h.         Ilmu Sastra
Pada masa Dinasti Abbasiyah juga berkembang ilmu sastra, sehingga melahirkan para penyair dan pujangga yang terkenal. Di antara para penyair yang terkenal pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah ialah Abu Nawas (145-198 H), Abu Atiyah (130-211 H), Abu Tamam (w. 232 H), al-Mutannabby (303-363 H), Ibnu Hani (326-363 H).
Perkembangan ilmu agama pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat yaitu:
a.       Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tafsir pada zaman ini terdiri atas tafsir bil-ma’sur (Al-Quran ditafsirkan dengan menggunakan akal pikiran).
Para ahli tafsir bil- ma’sur, antara lain Jarir at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy as-Suda’i (mendasarkan tafsirnya kepada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud), Muqatil bin Sulaiman (tafsiran terpengaruh oleh kitab Taurat), dan Muhammad bin Ishaq (dalam tafsirannya banyak mengutip cerita israiliyat).
Adapun para ahli tafsir bir-ra’yi, antara lan ialah Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany, Ibnu Jaru al-Asady, dan Abu Yunus Abdussalam. Kesemuanya beraliran Mu’tazilah.
b.      Ilmu Hadis
Pada masa ini sudah ada usaha pengodifikasian hadis sesuai kesahihannya. Lahir ulama-ulama hadis terkenal, seperti Imam Bukhori, Muslim, at-Tirmizi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan an-Nasa’i. Dari mereka diperoleh Kutubus Sittah (kitab-kitab enam), yaitu Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan at-Tirmizi, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan an-Nasa’i.
c.       Ilmu Kalam
Ilmu kalam lahir disebabkan dua faktor, yaitu musuh islam ingin melumpuhkan Islam dengan menggunakan filsafat dan hampir semua masalah, termasuk masalah agama, telah berkisar pada pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam ialah Wasil bin Ata’, Abu Huzail al-Allaf, ad-Daham, Abu Hasan al-Asy’ari, dan Imam Gazali.
d.      Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf ialah ilmu syariat. Inti ajarannya ialah tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan/menjauhkan diri dari kesenangan atau perhiasan dunia dan bersembunyi diri dalam beribadah. Di antara ulama tasawuf masa ini adalah al-Qusairy dengan karyanya yang terkenal adalah Risalatul-Qusairiyah dan Imamal-Ghazali dengan karyanya yang terkenal adalah Ihya Ulumuddin.
e.       Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa yang berkembang ialah nahwu, saraf, bayan, badi’, dan arud. Ilmu bahasa pada masa Dinasti Abbasiyah berkembang cukup pesat karena bahasa arab yang semakin berkembang memerlukan ilmu bahasa yang menyeluruh. Kota Basrah dan Kuffah merupakan pusat pertumbuhan dan kegiatan ilmu bahasa (ilmu lughoh). Di antara para ahli ilmu bahasa adalah Sibawaih, al-Kisai, dan Abu Zakaria al-Farra.
f.        Ilmu Fiqih
Dari aspek hukum, pada periode ini juga timbul puluhan aliran atau mazhab yang menawarkan metode dan pendapat yang beragama. Ada empat mazhab besar yang bertahan du kalangan Suni, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan hambali. Semula pengelompokan aliran atau madzab fikih ini lebih berdasarkan pada kota yang menjadi pusat pengembangannya, yaitu Mazhab Madinah, Mazhab Damaskus, dan Mazhab Mesir. Baru pada periode Abbasiyah, mazhab fikih lebih diatributkan kepada tokoh pemikir terbesarnya, yaitu Imam Abu Hanifah (699-767 M), Imam Malik bin Annas (715-795 M), Imam Muhammad Idris asy-Syafi’i (820), dan Imam Ahmad bin Hanbal (855 M). Di samping itu, juga dikenal Abu Yusuf (798 M), murid Imam Abu Hanifah, yang pernah menjabat sebagai hakim agung (qadi al-qudat), dan Dawud bin Khallaf (833 M) yang menjadi pelopor aliran tekstualis (Mazhab Zahiri).
Karya-karya ulama mazhab fiqih, antara lain Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar dan al-Alim wal Muta’an, Imam Malik, karyanya yang terkenal ialah kitab al-Muwatta, Imam Syafi’i karyanya yang terkenal ialah al-Umm dan Usul Fiqih, Imam Ahmad bin H  anbal, karyanya yang terkenal ialah al-Musnad (Suratno, 2008:53).


2.4 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut W. Montgomery bahwa faktor-faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah:
1.    Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan denga itu, tingkat saling percaya antara pemguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2.    Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.    Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat itu kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M. A diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiyah adalah :
1.    Persaingan antar bangsa khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan senasib pada saat pemerintahan Bani Ummayah, keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk berkuasa telah dirasakan sejak awal pemerintahan Bani Abbas.
2.    Kemerosotan Ekonomi khalifah Abbasiyah juga mengalami kemerosotan ekonomi bersamaan dengan kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama, peerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang masuk lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan harta. Setelah khlaifah mengalami periode kemunduran, pendapatan negara menurun dengan demikian terjadi kemerosotan ekonomi.
3.    Konflik keagamaan fanatisme berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada periode Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga terjadi perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syiah, Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4.    Perang salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Perang salib yang terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
5.    Serangan bangsa Mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadap menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah pada kekuatan Mongol.

2.5 Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
 Akhir dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari Kubilay Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir Al-Mu’tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin.
Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
Pada waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya dibunuh disuatu daerah dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah. Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta dari buku-buku tersebut.
BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang merupakan masa keemasan dan kejayaan dari peradaban ummat Islam yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah kekayaan negara melimpah ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban Islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan yang bersifat umum seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini telah ada lebih dari 800 dokter yang berada di kota Baghdad.
 Dalam bidang matematika melahirkan ilmuan bernama Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka Nol. Demikian juga dari biang ilmu agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan ummat sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan dilakukan dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit, irigasi, dan pemandian-pemandian umum.
Namun diakhir pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah, Islam mengalami keterpurukan yang sangat parah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara Mongol yang telah mengahncurkan pusat peradaban Ummat Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah, yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu ummat Islam yang tak ternilai harganya.

DAFTAR PUSTAKA


http://dicilala.blogspot.com/2011/10/sejarah-kebudayaan-islam.html
Masyruk. 2010.Lembar Kerja Siswa Sejarah Kebudayaan Islam. Jombang: MGMP
Suratno. 2008. Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam. Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri





Tidak ada komentar:

Posting Komentar